• Beranda
  • Berita
  • Sri Mulyani sebut defisit APBN hingga Juli 2020 capai 2,01 persen

Sri Mulyani sebut defisit APBN hingga Juli 2020 capai 2,01 persen

25 Agustus 2020 13:05 WIB
Sri Mulyani sebut defisit APBN hingga Juli 2020 capai 2,01 persen
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembangunan proyek jalan tol Semarang-Demak seksi II di Kecamatan Karangtengah, Demak, Jawa Tengah, Kamis (13/8/2020). Menurut data Kementerian PUPR hingga 2 Agustus 2020, penyerapan belanja infrastruktur telah mencapai 44,15 persen atau senilai Rp33,9 triliun dari total pagu TA 2020 sebesar Rp75,6 triliun, dengan serapan tenaga kerja sebanyak 456.487 orang pada program Padat Karya Tunai dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Aji Styawan/wsj.

(Defisit) ini menggambarkan penerimaan mengalami tekanan sedangkan belanja naik akibat COVID-19

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 dari Januari hingga Juli 2020 telah mencapai Rp330,2 triliun atau 2,01 persen persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Sri Mulyani menyatakan defisit tersebut merupakan 31,8 persen terhadap pagu APBN dalam Perpres 72/2020 yang sebesar Rp1.039,2 triliun triliun atau 6,34 persen terhadap PDB.

"(Defisit) ini menggambarkan penerimaan mengalami tekanan sedangkan belanja naik akibat COVID-19," katanya dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Sri Mulyani: Pendapatan negara hingga Juli 2020 capai Rp922,2 triliun
Baca juga: Sri Mulyani catat belanja negara hingga Juli 2020 tumbuh 1,3 persen


Sementara itu, ia mengatakan realisasi pendapatan negara hingga Juli tahun ini mencapai Rp922,2 triliun yaitu 54,3 persen dari target perubahan APBN dalam Perpres 72/2020 yaitu Rp1.699,9 triliun.

Pendapatan tersebut turun 12,4 persen (yoy) dibandingkan periode sama 2019 yaitu sebesar Rp1.052,4 triliun yang tumbuh 5,8 persen dari Juli 2018.

Pendapatan negara turun karena penerimaan perpajakan terkontraksi hingga 12,3 persen (yoy) yaitu hanya Rp711 triliun atau 50,6 persen dari target perubahan APBN dalam Perpres 72/2020 Rp1.404,5 triliun.

Untuk realisasi untuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yaitu sebesar Rp208,8 triliun yang terkontraksi hingga 13,5 persen (yoy) dan telah mencapai 71 persen dari target dalam Perpres 72/2020 Rp294,1 triliun.

Di sisi lain, realisasi belanja negara hingga Juli tahun ini tumbuh 1,3 persen (yoy) yaitu sebesar Rp1.252,4 triliun dari Rp1.236,3 triliun pada periode sama tahun lalu.

Sri Mulyani mengatakan realisasi Rp1.252,4 triliun tersebut merupakan 45,7 persen dari target perubahan APBN dalam Perpres 72/2020 yaitu Rp2.739,2 triliun.

Pertumbuhan belanja negara ditunjang oleh belanja pemerintah pusat sebesar Rp793,6 triliun yang tumbuh 4,2 persen dari periode sama 2019 yakni Rp761,3 triliun dan 40,2 persen dari target perubahan APBN dalam Perpres 72/2020 Rp1.975,2 triliun.

Realisasi belanja pemerintah pusat yang tumbuh 4,2 persen itu didorong oleh belanja bantuan sosial Rp117 triliun atau 68,6 persen dari target dalam Perpres 72/2020 Rp170,7 triliun dan mampu tumbuh hingga 55,9 persen

"Oleh karena itu dampaknya terhadap defisit APBN sangat besar yaitu di dalam perpres sampai akhir tahun estimasi sebesar 6,34 persen dari PDB dan sampai akhir Juli defisit adalah 2 persen," katanya.

Baca juga: Presiden: Pembangunan infrastruktur strategi pemulihan ekonomi

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020