Museum Negeri Provinsi Sumatra Selatan, Balaputra Dewa, merupakan museum etnografi yang menggambarkan tentang suatu suku bangsa, terletak di kawasan KM 6,5 Kota Palembang, Sumsel.Kami pada Agustus 2020 ini mendapat hibah dari masyarakat sebuah kemudi kapal peninggalan Sriwijaya
Balaputra Dewa diambil dari nama Raja Sriwijaya abad ke-9 dan mantan kepala Dinasti Sailendra yang berpusat di sekitar Palembang, Balaputra.
Museum Balaputra Dewa menampilkan sejarah dan tradisi dari Provinsi Sumatra Selatan. Museum ini dibangun pada 1978 dan diresmikan penggunaannya pada 5 November 1984.
Museum yang memiliki luas lahan sekitar 23.565 meter persegi ini, menurut Kepala Museum Balaputra Dewa Palembang, Chandra Amprayadi, menyimpan belasan jenis koleksi dengan jumlah koleksi mencapai 8.800 benda sejarah.
Pada bagian belakang bangunan ruang pamer museum, terdapat rumah limas yang merupakan bangunan tempat tinggal khas masyarakat Kota Palembang yang terbuat dari kayu.
Rumah limas yang berusia lebih dari 200 tahun masih terlihat berdiri kokoh di kawasan Museum Balaputra Dewa Palembang.
Rumah limas yang ada di Museum Balaputra Dewa diperkirakan dibuat pada 1830 yang merupakan peninggalan pangeran dari Arab Saudi bernama Syarif Abdurrachman Alhabsi dan Syarif Ali.
Sebelum ditempatkan di kawasan Museum Balaputra Dewa, rumah limas tersebut berada di tepian Sungai Musi yang merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Palembang pada abad ke-17.
Keberadaan rumah adat khas Kota Palembang di kawasan museum menimbulkan anggapan sebagian masyarakat hanya ada rumah limas di Museum Balaputra Dewa.
Secara fakta, Museum Balaputra Dewa Palembang tidak hanya memiliki koleksi zaman Kesultanan Palembang Darussalam.
Melalui museum tersebut masyarakat Sumsel serta wisatawan lokal dan mancanegara dapat melihat koleksi peninggalan sejarah mulai dari zaman prasejarah, zaman Kerajaan Sriwijaya, zaman Kesultanan Palembang, hingga pergerakan pejuang kemerdekaan pada zaman kolonialisme Belanda.
Untuk memudahkan pengunjung museum, pengelola membagi ruang pamer koleksi menjadi tiga bagian, yakni bagian megalit yang menggambarkan kegiatan masyarakat Sumatera Selatan yang dipusatkan di dataran tinggi Pagaralam, di Barisan Pegunungan pada sisi barat provinsi setempat.
Beberapa contoh artefak yang ditemukan di dataran tinggi Kota Pagaralam itu dan beberapa dari 22 situs budaya megalitik dipamerkan di Museum Balaputra Dewa seperti arca megalitik dari seorang ibu membawa anak, patung orang naik kerbau, dan patung laki-laki melingkar dengan ular.
Baca juga: Museum Balaputra Dewa Palembang tambah koleksi Zaman Sriwijaya
Pada ruang pamer bagian Sriwijaya, berisi barang-barang yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu Buddha yang berpusat di Kota Palembang.
Pengunjung juga dapat melihat beberapa artefak, seperti kerajinan gerabah, manik-manik, logam benda cor, dan prasasti.
Sebagian besar prasasti zaman Sriwijaya yang ada di musem tersebut adalah replika, yang asli sebagian besar ditempatkan di Museum Nasional di Jakarta dan di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya Palembang.
Contoh prasasti replika ditampilkan di Museum Balaputra Dewa berasal dari abad ke-7 prasasti Kedudukan Bukit, Telaga Batu, Kota Kapur, Talang Tuwo, Boom Baru, Kambang Unglen, Kambang Unglen II, dan Siddhayatra.
Bagian Kesultanan Palembang, berisi koleksi peninggalan dari abad ke-18 Kesultanan Palembang periode misalnya tenun songket dan pakaian.
Di antara songket yang paling menonjol dikoleksi adalah kain songket enam meter dengan motif Nago Besaung.
Koleksi lainnya yang ditampilkan seperti ukiran kayu palembang, sofa, kursi, dan pintu ukiran tradisional.
Menambah
Pengelola Museum Balaputra Dewa Palembang terus berupaya menambah koleksi untuk lebih menarik minat masyarakat Sumsel, wisatawan lokal, dan mancanegara berkunjung ke tempat penyimpanan benda bersejarah itu.
Koleksi terbaru yakni satu kemudi kapal terbuat dari kayu yang telah diteliti pihak Balai Arkeologi diperkirakan peninggalan zaman Kerajaan Sriwijaya abad ke-9.
"Kami pada Agustus 2020 ini mendapat hibah dari masyarakat sebuah kemudi kapal peninggalan Sriwijaya dengan berat sekitar empat ton, panjangnya 10 meter dan lebar 50 cm," kata Kepala Museum Balaputra Dewa Palembang Chandra Amprayadi di Palembang, Selasa (25/8).
Dengan adanya hibah barang peninggalan sejarah itu, memperkaya koleksi Museum Balaputra Dewa yang berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya.
Beberapa barang peninggalan sejarah berkaitan dengan Kerajaan Sriwijaya berpusat di Kota Palembang yang sudah ada sebelumnya di museum tersebut, seperti artefak kerajinan gerabah, manik-manik, logam benda cor, dan prasasti.
Sebagian besar prasasti adalah replika, sedangkan yang aslinya sebagian besar ditempatkan di Museum Nasional Jakarta dan di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS) Palembang.
Baca juga: Pengelola berharap Pemprov Sumsel benahi Museum AK Gani
Contoh prasasti replika yang bisa dilihat di Museum Balaputra Dewa Palembang berasal dari abad ke-7, yakni Prasasti Kedukan Bukit, Telaga Batu, Kota Kapur, Talang Tuwo, Boom Baru, Kambang Unglen, Kambang Unglen II, dan Siddhayatra.
Dalam tiga tahun terakhir, pihaknya telah menambah 2.000 koleksi baru yang diperoleh dari hibah masyarakat di berbagai daerah di Sumsel dan provinsi lainnya.
Dengan adanya tambahan koleksi peninggalan sejarah tersebut, Museum Balaputra Dewa Palembang memiliki 8.800 koleksi mulai dari zaman prasejarah, zaman Kerajaan Sriwijaya, zaman Kesultanan Palembang, hingga zaman kolonialisme Belanda.
Bagi masyarakat atau wisatawan lokal dan mancanegara yang akan melihat koleksi benda peninggalan sejarah tersebut dapat datang ke Museum negeri Balaputra Dewa di kawasan KM 6,5 Palembang, Jalan Srijaya I Nomor 28 setiap Selasa hingga Minggu.
Museum keliling
Untuk menarik minat pengunjung ke museum, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Selatan menyiapkan pameran museum keliling benda bersejarah peninggalan pejuang di Kota Palembang dan Lubuklinggau pada 23-25 November 2020.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel Aufa Syahrizal mengatakan untuk melakukan pameran museum keliling pihaknya mengajak pengelola Museum Subkos Lubuklinggau dan Museum Pahlawan Nasional Mayjen TNI (Purn) dr A.K. Gani.
Kegiatan pameran keliling tersebut disiapkan oleh Tim Museum Negeri Balaputra Dewa di bawah pimpinan Chandra Ampriyadi serta didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Melalui pameran museum keliling tersebut diharapkan selain dapat meningkatkan minat masyarakat mengunjung museum yang menyimpan benda peninggalan dan "sejuta" cerita para pejuang masa kemerdekaan, juga dapat membantu pengelola museum melakukan penataan kembali koleksinya agar bisa ditampilkan lebih menarik oleh tim ahli museum negeri di bawah koordinasi Disbudpar Sumsel.
Kisah pejuang dan pahlawan nasional yang berkorban merebut kemerdekaan dari tangan penjajah perlu diketahui masyarakat luas, terutama generasi muda penerus bangsa.
Begitu pula cerita kehidupan masyarakat pada masa prasejarah, Kerajaan Sriwijaya, dan Kesultanan Palembang perlu dikenang dengan mempertahankan koleksi peninggalan sejarah yang tersimpan dengan baik di dalam museum.
Melalui penambahan koleksi benda sejarah, pameran museum keliling, dan upaya lainnya semoga keberadaan museum yang ada di provinsi dengan 17 kabupaten dan kota itu semakin diketahui dan diminati menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi masyarakat dan wisatawan.
Baca juga: Museum Sonobudoyo targetkan 37.000 pengunjung selama 2019
Baca juga: Ide Dirjen Kebudayaan agar museum lebih ramai dikunjungi
Baca juga: Kunjungan ke Museum Wajakensis Tulungagung meningkat
Pewarta: Yudi Abdullah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020