• Beranda
  • Berita
  • Petani asal Deli Serdang memilih bertahan di Jakarta

Petani asal Deli Serdang memilih bertahan di Jakarta

27 Agustus 2020 21:49 WIB
Petani asal Deli Serdang memilih bertahan di Jakarta
Massa Petani Deli Serdang melakukan dialog dengan Tiga Pilar Kecamatan Mampang Prapapatan terkait rapid test' yang dilaksanakan di Kantor YTKI Kemenaketrans, Jakarta Selatan, Kamis (27/8/2020). ANTARA/Laily Rahmawaty/am.

Selama kami tidak membawa kepastian hukum secara tertulis, kami tidak akan balik

Petani asal Deli Serdang sebanyak 170 orang memilih untuk bertahan di Kantor Biro Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) Kemenakertrans, Jakarta Selatan meskipun dari hasil rapid test dua orang diantaranya dinyatakan reaktif.

Usai menjalani rapid test  dengan hasil dua reaktif, sebanyak 170 petani asal Deli Serdang memilih tetap bertahan

Baca juga: Dua petani pengunjuk rasa asal Deli Serdang reaktif usai tes cepat

"Selama kami tidak membawa kepastian hukum secara tertulis, kami tidak akan balik," kata Korlap Aksi Petani Deli Serdang, Sulaeman Wardana.

Petani Deli Serdang telah tinggal di Kantor YTKI Kemenakertrasn Jalan Gatot Subroto sejak tanggal 7 Agustus 2020.

Kedatangan mereka ke Jakarta untuk menyampaikan aspirasi terkait konflik agraria yang terjadi di Dusun Bekala, Desa Simalngkar A dan Desa Sei Mencirim, Kabupaten Deli Serdang, antara petanid engan PTPN II.

Baca juga: Polisi gelar tes cepat COVID-19 untuk massa petani Deli Serdang

Massa aksi telah melakukan aksi jalan kaki dari Kantor YTKI Jalan Gatot Subroto menuju Istana Negara sejak Senin (24/8). Selama tiga hari berturut-turut aksi serupa dilakukan dengan menuntut bertemu langsung presiden.

Hingga pada Rabu (26/8) perwakilan massa diterima oleh Sekretaris Negara. Sebelum pertemuan dilakukan uji usap kepada enam orang perwakilan petani.

Dari hasil uji usap dinyatakan satu orang positif COVID-19, sehingga pertemuan tersebut dibatalkan. Hingga akhirnya Polres Metro Jakarta Selatan bersama TNI dan Camat Mampang (Tiga Pilar) memfasilitasi rapid test' kepada 170 orang massa aksi.

Hasil dari rapid test diketahui dua orang reaktif, sedangkan 168 lainnya dinyatakan non reaktif.

Baca juga: Polsek Mampang kawal aksi petani Deli Serdang menuju Istana Negara

Menghadapi situasi tersebut, Sulaeman menyatakan pihaknya akan tetap bertahan sampai perjuangan mereka didengar oleh Presiden.

"Tadi pagi jam 10.00 WIB, kami sudah telekonferensi dengan Bapak Presiden di Kementerian Sekretaris Negara. Bapak presiden berjanji akan menyelesaikan kasus ini," kata Sulaeman.

Setelah berdiskusi secara telekonferensi dengan Presiden, massa aksi juga berdiskusi dengan Menteri ATR/ BPN Syafyan Djalil, Kepala Staf Kepresidenan, Muldoko, serta Mensesneg Pratikno.

"Dalam diskusi tersebut dibahas supaya penyelesaian konflik ini secepatnya diselesaikan dengan 'win-win solution," ujar Sulaeman.
Massa aksi Petani Deli Serdang menjalani rapid test di Kantor YTKI Kemenaketrans, Jakarta Selatan, Kamis (27/8/2020) (ANTARA/Laily Rahmawaty)


Menurut Sulaeman, saat ini mereka masih menunggu pemerintah bekerja untuk menyelesaikan konflik di wilayah mereka, setelah itu mereka baru akan pulang ke kembali ke Deli Serdang.

"Selama kami tidak mendapatkan kepastian hukum tadi, kami tidak akan kembali. Biarlah kami mati di istana," ujar Sulaeman.

Adapun tuntutan yang disampaikan para petani, yakni bubarkan PTPN 2, penindas petani dan sarang korupsi.

Selanjutnya, hentikan gusuran paksa terhadap petani, hentikan kriminalisasi terhadap petani. Berikan hak atas tanah kepada petani dan tegakkan Undang-undang Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960.

Sementara itu, Camat Mampang Prapatan Djaharuddin mengatakan pihaknya masih menunggu hasil uji usap terhadap dua petani Deli Serdang yang dinyatakan reaktif berdasarkan hasil 'rapid test' untuk menentukan langkah selanjutnya.

"Untuk sementara kami meminta mereka untuk menjaga jarak dengan dua orang yang dinyatakan reaktif, supaya penularan tidak terjadi," kata Djaharuddin.
 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020