Badan Restorasi Gambut (BRG) terus melakukan upaya restorasi lahan gambut melalui kegiatan revitalisasi ekonomi warga di desa-desa sekitar sehingga meningkatkan kesejahteraan mereka.Program revitalisasi dipilih melalui komunikasi dua arah antara tim pelaksana dan keinginan warga desa. Jadi inginnya warga desa apa terus dari Dinas Lingkungan Hidup memverifikasi apakah sesuai kebutuhan.
Salah satu upaya restorasi gambut dengan pendekatan kesejahteraan ekonomi warga yakni pembangunan 22 titik sumur bor serta 2 unit kolam ikan dengan ukuran panjang 200 meter, lebar sekitar 2,5 meter, dan kedalaman 2 meter di Desa Palukahan, Kecamatan Danau Panggang, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, yang mana Badan Restorasi Gambut (BRG) juga melakukan pendampingan warga.
Kepala Sub Kelompok Kerja Tim Restorasi Gambut Daerah Kalsel, Parihutan Sagala dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, mengatakan sebagai target restorasi, BRG memberikan program revitalisasi ekonomi pada 2019.
"Program revitalisasi dipilih melalui komunikasi dua arah antara tim pelaksana dan keinginan warga desa. Jadi inginnya warga desa apa terus dari Dinas Lingkungan Hidup memverifikasi apakah sesuai kebutuhan," katanya.
Baca juga: BRG terus perkuat ekonomi warga sekitar, cegah kebakaran lahan
Dikatakannya, pembuatan kolam ikan mendapat persetujuan karena kolam tersebut bukan hal asing bagi warga sekitar. Warga sudah mengenal sistem perangkat ikan alami tersebut sebagai tambahan penghasilan di luar mata pencarian utama mereka sebagai nelayan.
Menurut dia, Desa Palukahan dipilih karena pada 2016 masuk dalam Peta Prioritas Indikatif Restorasi (PIR).
Kebakaran hutan, kata dia, terjadi sejak 2015 hingga 2019 yang mana luas daerah yang terbakar pada tahun 2015 lalu adalah 838,51 hektare.
Baca juga: Hutan adat bagus untuk pemanfaatan berkelanjutan lahan gambut
Tidak ada upaya pemadaman yang dilakukan, baik dari masyarakat maupun dari pihak yang terkait karena jauhnya jarak antara permukiman masyarakat dengan wilayah hutan yang terbakar.
Selain itu juga kebakaran terjadi pada saat musim kemarau, di mana air rawa, sungai dan danau menyusut, mengakibatkan terputusnya jalur transportasi air.
"Oleh karena itu kami bangun sumur bor di area itu," ujar Sagala.
Baca juga: BRG gandeng masyarakat kembangkan perkebunan sagu
Kolam beje merupakan perangkap ikan alami, tambahnya, dibuat saat musim kemarau tiba, karena fungsinya baru terlihat ketika musim penghujan.
Sagala mengatakan berdasarkan pengalaman warga Desa Palukahan, kolam beje mampu menghasilkan untung karena satu kali panen bisa mendapat Rp20 juta hingga Rp50 juta, per tahun.
Ketua Pokmas Maju Bersama, Aliansyah mengatakan, saat ini kolam beje yang dibuat masih menunggu panen yang diperkirakan satu bulan mendatang.
Dia membenarkan pembuatan kolam beje bisa berguna untuk memastikan kemunculan titik api yang mana kebakaran hutan umumnya terjadi pada bulan Oktober dan November.
Aliansyah berharap program pendampingan dan revitalisasi ekonomi dari BRG bisa terus berlangsung.
Tidak hanya kolam perangkap ikan yang bersifat musiman, dia juga berharap munculnya kolam pembibitan ikan yang dulu sempat ada di desanya.
Pewarta: Subagyo
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020