• Beranda
  • Berita
  • BMKG prediksi awal musim hujan dimulai pada akhir Oktober

BMKG prediksi awal musim hujan dimulai pada akhir Oktober

7 September 2020 20:43 WIB
BMKG prediksi awal musim hujan dimulai pada akhir Oktober
Petani merawat tanaman bawang merah di area sawah tadah hujan, di Desa Jalatrang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (1/9/2020). Memasuki musim kemarau pemerintah desa setempat memberdayakan masyarakat dan kelompok tani untuk mengolah 20 hektare lahan dan beralih bercocok tanam bawang yang sebelumnya ditanami padi, sebagai upaya menjaga ketahanan pangan. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/hp. (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI)
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan awal musim hujan akan dimulai secara bertahap di akhir Oktober, dimulai dari wilayah Indonesia Barat.

"Sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2021 yaitu sebanyak 248 Zona Musim (ZOM)," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rilis yang diterima di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan, pemantauan BMKG hingga akhir Agustus 2020 terhadap anomali suhu muka laut pada zona ekuator di Samudera Pasifik menunjukkan adanya potensi La Nina yang berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia pada saat musim hujan nanti.

Hal tersebut sejalan dengan prediksi institusi meteorologi dunia lainnya yang menyatakan ada peluang munculnya anomali iklim (La Nina). La Nina berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di Pasifik ekuator dan lebih panasnya suhu muka laut wilayah Indonesia, sehingga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan.

Baca juga: Jaktim butuh tambahan alat berat untuk percepat normalisasi waduk

Baca juga: Kemarin pedagang kelontong dapat bantuan, kirab Satu Sura ditiadakan


Sementara itu di Samudra Hindia, pemantauan terhadap anomali suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD negatif. IOD negatif menandai suhu muka laut di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera lebih hangat dibandingkan suhu muka laut Samudra Hindia sebelah timur Afrika.

Hal ini juga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan, khususnya untuk wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi IOD negatif berpeluang bertahan hingga akhir 2020.

Kondisi La Nina dan IOD negatif tersebut diprediksi mengakibatkan sebagian wilayah Indonesia atau 27,5 persen ZOM berpotensi mengalami musim hujan yang cenderung lebih basah dari pada rerata klimatologisnya.

Meski secara umum kondisi musim hujan 2020/2021 di sebagian besar wilayah Indonesia yaitu pada 243 ZOM atau 71 persen diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya.

Deputi Klimatologi BMKG, Herizal menjelaskan, datangnya musim hujan umumnya berkaitan erat dengan peralihan Angin Timuran yang bertiup dari Benua Australia (Monsun Australia) menjadi Angin Baratan yang bertiup dari Benua Asia (Monsun Asia).

Ia menambahkan bahwa peralihan angin monsun diprediksi akan dimulai dari wilayah Sumatera pada Oktober 2020, lalu wilayah Kalimantan, kemudian sebagian wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara pada November 2020 dan akhirnya Monsun Asia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada Desember 2020 hingga Maret 2021.

Dari total 342 ZOM di Indonesia, sebanyak 34,8 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada Oktober 2020, yaitu di sebagian Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Sebanyak 38,3 persen wilayah akan memasuki musim hujan pada November 2020, meliputi sebagian Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Sementara itu 16,4 persen di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT dan Papua akan masuk awal musim hujan di bulan Desember 2020.*

Baca juga: Kepala BMKG jelaskan fenomena hujan di musim kemarau

Baca juga: Sudin SDA Jakpus menormalisasi tiga sungai besar antisipasi banjir

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020