• Beranda
  • Berita
  • KPU Mamuju minta masyarakat pemilih tidak jual suara

KPU Mamuju minta masyarakat pemilih tidak jual suara

19 September 2020 20:03 WIB
KPU Mamuju minta masyarakat pemilih tidak jual suara
Ilustrasi Pilkada serentak 2020. ANTARA
KPU Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, meminta masyarakat pemilih agar tidak menjual suaranya pada pilkada Mamuju tahun 2020.

"Jangan jual suara Anda di Pilkada Mamuju mendatang. One vote one value atau satu suara, satu nilai bagi pembangunan daerah," kata anggota KPU Kabupaten Mamuju, Ahmad Amran Nur di Mamuju, Sabtu

Ia mengatakan, kalau masyarakat menjual suara dengan uang senilai Rp 100.000, maka orang itu dibeli dan nilai dia hanya dihargai dengan nominal uang sebanyak itu.

Oleh karena itu berharap, pesan itu bisa didengarkan masyarakat dan para tokoh agama, ormas dan LSM bisa membantu KPU untuk menyampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat agar tidak menjual suaranya di pilkada.

Baca juga: Ganjar: Pilkada dipilih DPRD rawan jual beli

"KPU di setiap momentum politik punya satu tanggung jawab penting yaitu memberi pendidikan pemilih, pendidikan pemilih adalah proses penyampaian informasi kepada pemilih untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran pemilih tentang pemilihan," ujarnya.

Ia mengatakan, suara di Pilkada itu amat sangat menentukan nasib suatu daerah untuk lima tahun selanjutnya, sehingga siapapun pemilik hak suara agar tidak menerima tawaran apapun yang bisa merusak kemerdekaan sesorang dalam menentukan pilihannya.

Dialog itu mengangkat tema peran tokoh agama dan ormas dalam menyukseskan Pilkada serentak 2020 yang aman, damai dan kondusif. 

Baca juga: Bawaslu Karawang periksa 12 PPK terkait jual beli suara Pemilu

Asisten I Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, Muh Natsir, juga mengatakan, perbedaan pilihan politik, perbedaan pandangan, atau beberapa perbedaan lain di tengah masyarakat yang keberadaannya dilindungi aturan terjadi di Pilkada.

Sehingga dalam kondisi seperti itu, peran tokoh agama, ormas sangatlah vital karena mereka punya banyak pengikut, banyak pendukung, yang tentu watak pendukung sangat tergantung pada arahan dari para tokoh agama atau Ormas itu, kalau Pilkada tidak sukses, yang korban itu adalah rakyat," ujarnya.

"Peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan ormas amat sangat vital, utamanya menjadi penyejuk di tengah eskalasi politik yang kian memanas jelang pelaksanaan Pilkada pada 9 Desember 2020," katanya.

Baca juga: Lembaga pemantau temukan indikasi jual beli suara

Pewarta: M.Faisal Hanapi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020