"Awal musim hujan diprakirakan terjadi sebagian besar November 2020 (50 persen dari 24 ZOM), di daerah Sulawesi Selatan bagian Barat dan Selatan. Sebagian Maret 2021 (25 persen dari 24 ZOM) di daerah Sulawesi Selatan bagian Timur," sebut Kepala BKMG Stadion Klimatologi Kelas I Maros, Hartanto, Kamis.
Berdasarkan analisis dan prediksi kondisi dinamika atmosfer dan laut yang berperan dalam pembentukan cuaca iklim di Indonesia, sebut dia melalui siaran persnya, dapat disampaikan bahwa prakiraan musim hujan periode 2020-2021 di Provinsi Sulsel meliputi 24 zona musim.
Baca juga: BMKG prakirakan awal musim hujan 2020/20201 di NTT akhir Oktober
Yaitu, kondisi dinamika atmosfer-lautan (pembaharuan awal Agustus 2020) dilihat dari Parameter ENSO analisisnya netral dengan prediksi hingga Desember 2020 La Nina lemah.
Parameter Indeks Dipole Mode, prediksi lemah hingga Desember 2020 juga lemah. Kemudian parameter suhu muka laut Indonesia, analisisnya netral, diprediksi akhir Desember normal di bulan November-Januari.
Untuk parameter angin mosun, analisis di timuran, dengan prediksi hingga akhir Desember 2020, angin barat lebih lambat masuk dan melemah.
Bila dibandingkan dengan rata-rata data 30 tahun (1981-2010), awal musim hujan diprakirakan umumnya 'mundur 1 dasarian. Sifat hujan musim hujan diprakirakan dominan dalam kisaran Normal.
Sementara puncak musim hujan diprakirakan terjadi pada Januari 2021 di wilayah Sulawesi Selatan Bagian Barat dan Mei serta Juni 2021 di Wilayah Sulawesi Selatan Bagian Timur.
Baca juga: BMKG prediksi awal musim hujan dimulai pada akhir Oktober
"Pada saat puncak musim hujan di wilayah Indonesia perlu diwaspadai untuk daerah-daerah yang rentan terhadap bencana tanah longsor dan banjir. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur perlu mempertimbangkan puncak musim hujan tersebut," katanya menyarankan.
Sedangkan di wilayah Non Zom seperti Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara, Toraja Utara, jumlah curah hujan periode Oktober 2020-Maret 2021 berkisar 1.500 hingga 2000 milimeter (mm) dengan sifat musim hujan diprakirakan dominan berkisar normal- atas normal
Mengenai pantauan musim kemarau, menunjukkan seluruh wilayah Sulsel telah memasuki musim kemarau sejak Agustus 2020 kecuali Kabupaten Enrekang bagian timur, Sidrap bagian utara, Luwu bagian selatan dan Pinrang bagian Barat.
Pantauan hari tanpa hujan berturut-turut hingga September dasarian I (sejak 1-10) menunjukkan pada sebagian besar wilayah Sulsel bagian barat dan selatan tidak mengalami hujan dari 6-10 hari.
Untuk awal musim kemarau, telah berlangsung mulai Mei dan Juni 2020 di sebagian besar Provinsi Sulsel. Hal berdampak terhadap berkurangnya air untuk sektor pertanian.
"Suplai air hujan baru akan terjadi seiring memasuki pertengahan hingga akhir November, sehingga memerlukan adaptasi di saat masa awal tanam padi," katanya.
Sehingga hal tersebut, tambah Hartanto, perlu diwaspadai terhadap peningkatan munculnya potensi angin puting beliung di saat-saat peralihan dari musim kemarau ke musim hujan mulai Oktober-November 2020.
Baca juga: BMKG imbau tingkatkan kewaspadaan hadapi musim hujan
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020