Dalam konser virtual “Road to Jazz Gunung Series", Jumat malam, Sigit menuturkan ide membuat Jazz Gunung 12 tahun lalu adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat setelah pariwisata loyo akibat kejadian seperti bom Bali.
"Pengunjung Bromo sangat turun, jadi kami buat konsep Jazz Gunung Bromo. Alhamdulillah sebelas tahun sampai tahun lalu diselenggarakan, Bromo jadi destinasi yang sangat populer, digemari masyarakat," kata Sigit.
Saat ini, sektor pariwisata Indonesia menghadapi hal serupa akibat pandemi COVID-19 yang membatasi ruang gerak masyarakat.
"Dengan adanya pandemi, sekarang semua destinasi wisata terpuruk. Kita pelan-melan melalui Jazz Gunung Series akan mencoba mengangkat, mengembalikan sektor ekonomi kreatif karena (Jazz Gunung) mengangkat seni musik dan destinasi wisata," tutur Sigit yang juga Ketua Umum Gerakan Pakai Masker.
Baca juga: Ribuan pengunjung padati Jazz Gunung Bromo
Baca juga: Dewa Budjana bercerita soal sensasi tampil di alam terbuka
Salah satu tujuan membuat Jazz Gunung di Bromo, tutur Sigit, bukan cuma menyuguhkan pertunjukan musik jazz, tapi juga mempromosikan tujuan wisata yang indah di Tanah Air.
Gerakan Pakai Masker (GPM) menggandeng Jazz Gunung Indonesia dan Konser 7 Ruang menggelar konser virtual “Road to Jazz Gunung Series".
Para musisi tampil dengan menerapkan protokol kesehatan karena beraksi dari ruangan yang berbeda. Seperti namanya, Konser 7 Ruang, ada tujuh ruangan terpisah untuk masing-masing musisi, mulai dari ruang gitar, piano, bass, keyboard, vokal, drum, hingga ruang mixing.
Acara ini merupakan konser kemanusiaan, meliputi penggalangan dana yang hasilnya akan dipergunakan untuk kampanye cara memakai masker yang benar serta diberikan kepada pelaku seni yang terkena dampak pandemi.
Konser virtual yang ditayangkan di channel YouTube @jazzgunung dan @dssmusic ini menampilkan musisi Andien, Syaharani, Bintang Indrianto dan Audiensi Band.
Jazz Gunung merupakan penyelenggara pergelaran musik jazz bertaraf internasional di alam terbuka di Indonesia seperti Bromo, Ijen, Burangrang dan Danau Toba.
Sejak 2009, kegiatan ini rutin digelar setiap tahun. Namun pandemi COVID-19 menyebabkan beberapa pergelaran Jazz Gunung 2020 ditunda dan Jazz Gunung Bromo 2020 diundur menjadi 5 Desember 2020.
“Konser virtual ini merupakan penyemangat bagi pekerja di industri musik untuk terus berkarya di tengah pandemi Covid-19. Musisi dan pelaku seni perlu menyesuaikan diri agar tetap eksis dengan memanfaatkan platform digital. Teknologi digital telah memperluas jangkauan dan memberikan solusi nyata bagi musisi untuk terus berkarya,” kata Donny Hardono, pemilik studio DSS Musik.
Baca juga: Jazz Gunung 2019 siap digelar di Bromo dan Ijen
Baca juga: Banyuwangi hadirkan sejumlah penyanyi meriahkan Jazz Gunung
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020