Teknologi telah menyentuh berbagai bidang dan berhasil mengubah perilaku manusia dalam menyikapi pembuatan produk walaupun itu produk yang berbasis ketrampilan seperti batik.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mendorong penggunaan teknologi pada industri batik, sehingga produk-produk yang dihasilkan dari warisan budaya itu semakin berdaya saing.
“Teknologi telah menyentuh berbagai bidang dan berhasil mengubah perilaku manusia dalam menyikapi pembuatan produk walaupun itu produk yang berbasis ketrampilan seperti batik,” kata Menperin saat meresmikan Rangkaian Peringatan Hari Batik 2020 secara virtual di Jakarta, Jumat.
Menperin menyampaikan setiap perkembangan teknologi selalu menjanjikan kemudahan, efisiensi, serta peningkatan produktivitas.
Baca juga: Kemenperin menggalakkan proses bikin batik ramah lingkungan
Agus menambahkan jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis.
“Hal itu juga terjadi di industri batik. Batik yang merupakan bagian dari industri tesktil dan busana, menjadi salah satu sektor prioritas dalam implementasi Peta Jalan Making Indonesia 4.0, tentu dengan tetap mempertahankan nilai-nilai keunggulannya,” ujar Agus.
Mantan Menteri Sosial tersebut menambahkan, beberapa negara bahkan telah menggunakan teknologi dalam memproduksi batik secara masif, sehingga, banyak produk batik dari luar negeri membanjiri pasar-pasar dunia, bahkan juga masuk pasar Indonesia.
“Ini sangat disayangkan ya, bagian dari hal yang destruktif industri, yang harus kita cermati,” tukas Menperin.
Baca juga: Teknologi mesin batik cetak dikembangkan di Sampang, Madura
Kementerian Perindustrian, saat ini telah mengembangkan aplikasi Batik Analyzer untuk membedakan produk batik asli dan tiruan batik.
Batik analyzer merupakan suatu aplikasi yang dapat diinstal pada mobile phone yang berbasis Android dan iOS yang dikembangkan dengan menggunakan teknologi Artificial Intelegence (AI) yaitu machine learning yang sesuai dengan implementasi industri 4.0.
Meski saat ini bangsa Indonesia masih dihadapkan pada kondisi yang jauh dari ideal untuk menjalankan aktivitas karena pandemi COVID-19, bukan berarti produktivitas dan kreativitas harus berhenti.
Industri batik sangat diharapkan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan dengan cara berpikir kreatif dan inovatif melalui pemanfaatan teknologi dan optimalisasi sumber daya yang ada, agar dapat terus bergerak serta berkontribusi positif bagi perekonomian nasional.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020