• Beranda
  • Berita
  • Keraton Yogyakarta tiadakan Grebeg Maulud cegah penyebaran COVID-19

Keraton Yogyakarta tiadakan Grebeg Maulud cegah penyebaran COVID-19

12 Oktober 2020 16:50 WIB
Keraton Yogyakarta tiadakan Grebeg Maulud cegah penyebaran COVID-19
Ribuan warga berebut gunungan saat Grebeg Maulid di Masjid Agung Yogyakarta. ANTARA FOTO/Regina Safri/foc/pri.

Sekaten dan Garebeg Mulud Tahun Jimakir 1954/2020 Masehi ditiadakan

Keraton Yogyakarta meniadakan acara tradisi Grebeg Maulud Nabi Muhammad SAW yang sedianya akan berlangsung pada 29 Oktober 2020 atau 12 Maulud Jimakir 1954, demi mencegah penularan dan penyebaran COVID-19.

Kawedanan Hageng Panitrapura Keraton Yogyakarta GKR Condrokirono dalam surat edaran yang diterima di Yogyakarta, Senin, menyebutkan bahwa rangkaian 1 Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun Jimakir 1954 yang jatuh pada Kamis (29/10) akan diadakan secara sederhana dan terbatas.

"Oleh karena itu Sekaten dan Grebeg Mulud Tahun Jimakir 1954/2020 Masehi ditiadakan," kata Condrokirono.

Baca juga: Yogyakarta akan gelar Pasar Malam Sekaten dua tahun sekali

Keputusan itu, menurut dia, mempertimbangkan status tanggap darurat COVID-19 di DIY sekaligus sebagai bentuk ketaatan terhadap anjuran Pemerintah RI.

Meski ditiadakan, menurut Condrokirono, keraton akan tetap melakukan penyesuaian prosesi pembagian gunungan Grebeg Maulud secara terbatas.

"Pembagian gunungan secara terbatas tanpa mengurangi filosofi dan esensi sebagai bentuk konsistensi pelestarian budaya," kata dia.

Baca juga: Keraton Yogyakarta pastikan tahun ini tanpa Pasar Malam Sekaten

Baca juga: Epidemiolog: Pembukaan ponpes di DIY semestinya berpedoman warna zona


Selain Grebeg Maulud, menurut dia, sejumlah rangkaian hajad dalem lainnya yang digelar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang sedianya berlangsung 22-29 Oktober Tahun Jimakir 1954/2020 juga ditiadakan yakni Miyos Gangsa serta Kondur Gangsa.

Miyos Gangsa merupakan proses keluarnya gamelan Sekati Kyai Gunturmadu dan Kyai Nagawilaga dari Bangsal Ponconiti Keraton menuju Masjid Gedhe Kauman. Gamelan akan ditabuh sejak pagi hingga malam secara bergantian untuk menyambut kelahiran (maulid) Nabi Muhammad serta memeriahkan tradisi Sekaten di Yogyakarta.

Gamelan selanjutnya akan dikembalikan ke dalam keraton dalam prosesi yang disebut Kondur Gangsa. Kemudian pada puncaknya digelar Grebeg Mulud yang digelar sebagai peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Baca juga: Empat pasangan menikah dengan kirab sepeda di Kotagede Yogyakarta

Baca juga: Pemkot Yogyakarta tanggung biaya uji swab pasien tracing COVID-19

 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020