Para peneliti dalam studi itu, seperti dilansir dari Medical Daily, Jumat mengungkapkan, gejala kulit pada mempengaruhi satu dari lima pasien COVID-19.
"Dokter harus menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi pasien dengan COVID-19 yang tidak memiliki gejala lain," kata penulis studi, Daniel Gould, dokter ahli bedah di Divisi Bedah Plastik dan Rekonstruksi Keck School of Medicine, University of Southern California di Los Angeles.
Baca juga: Masalah pada kulit cerminkan kondisi kesehatan Anda
Baca juga: Tanda-tanda leukimia, anemia hingga kelelahan
Menurut dia, jika seorang pasien mengatakan mengalami ruam yang aneh, dokter harus menanyakan kemungkinan dia pernah berkontak dengan seseorang yang terkena COVID-19.
Gould dan koleganya menelusuri database penelitian pada Mei 2020 terkait pasien dengan dugaan atau konfirmasi COVID-19 dan gejala kulit. Mereka menemukan, hampir tiga lusin makalah dengan total 996 pasien.
Berbagai jenis ruam kulit ditemukan pada pasien antara lain lepuh kecil, bercak merah muda dan merah dan benjolan kecil gatal yang ditandai dengan bintik merah dan ungu.
Gejala ruam yang disebut terakhir termasuk jenis yang paling sering diidentifikasi pada pasien COVID-19, dialami lebih dari 40 persen, dan biasanya muncul pada orang dewasa muda yang mengalami gejala virus lain terlebih dahulu.
Menurut Gould, virus korona dapat memicu gejala kulit dengan dua cara utama yakni inflamasi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan untuk melawan virus atau gumpalan darah kecil yang dihasilkan dari virus.
"Saya tidak akan mengatakan ruam itu sendiri berbahaya, hanya tanda yang perlu kita waspadai. Seringkali keluhan terkait COVID-19 sangat bervariasi, mulai dari hilangnya indra penciuman hingga demam yang mengamuk dan penyakit parah. Tetapi jika dokter melihat ruam, mereka perlu tahu ini bisa menjadi manifestasi lain dari virus," jelas dia.
Baca juga: Menjaga wajah tetap "glowing" di masa pandemi
Baca juga: Tips aman cuci tangan untuk si kulit bermasalah
COVID-19 dan jenis ruam
Director of Global Health Demartology di Massachusetts General Hospital, Boston, Esther Freeman mengatakan, temuan penelitian Gould serupa dengan yang diamati dalam International Dermatology COVID-19.
Sejak April, telah lebih dari 1.000 kasus di 41 negara pasien COVID-19 dengan gejala kulit.
Menurut studi, benjolan berwarna merah dan ungu di jari tangan dan kaki umumnya menunjukkan penyakit yang lebih ringan, sementara bintik merah atau biru seringkali berarti COVID-19 yang lebih parah.
"Dalam kebanyakan kasus, ruam muncul setelah batuk atau demam. Tetapi penting untuk disoroti ada beberapa pasien yang tanda pertama COVID-19 adalah ruam," tutur Freeman.
Sementara itu, mereka yang tidak tertular COVID-19 ternyata belum tentu kebal dari efek pandemi pada kulit mereka. Stres akibat krisis kesehatan global dapat menyebabkan Anda memproduksi lebih banyak hormon inflamasi kortisol, kata Dr. Gould.
Hal ini dapat menyebabkan munculnya jerawat, gatal-gatal, atau memburuknya kasus kondisi kulit kronis, seperti psoriasis dan eksim.
"Kami melihat banyak pasien datang sekarang dan mengatakan kulit mereka sangat buruk. Pasien harus selalu kembali pada penyedia perawatan primer mereka agar masalah kulit mereka bisa diidentifikasi dan dioabati," demikian kata Gould.
Baca juga: Tujuh jenis vitamin B untuk atasi masalah kulit
Baca juga: Tatjana Saphira juga rasakan masalah kulit saat pandemi
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020