Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan aplikasi perpesanan untuk komunikasi pribadi bergeser dan sering digunakan untuk bertransaksi bisnis, salah satunya WhatsApp....jangan mengirim banyak foto karena akan merepotkan customer harus mengunduh
Semakin banyak pemilik usaha yang mengandalkan platform digital tersebut untuk berkomunikasi dengan calon pembeli untuk menawarkan produknya.
Project Leader ukmindonesia.id, Dewi Meisari, membagikan sejumlah tips bagi para pemilik UKM saat melakukan promosi produknya lewat WhatsApp.
"Pertama, jangan mengirim banyak foto karena akan merepotkan customer harus mengunduh," ujar Dewi dalam briefing virtual program "100 UKM Juwara," Jumat.
Baca juga: Pemerintah dorong percepatan digitalisasi "100 UKM Juwara"
Sebagai alternatif yang lebih nyaman, para pemilik UKM dapat memakai tools WhatsApp katalog dengan cukup hanya mengirim link, sehingga calon pembeli tidak perlu mengunduh.
Dewi juga melihat banyak admin UKM yang tidak mengelola kontak konsumen dengan rapi. Pelaku UKM dapat mengelola kontak dengan mencadangkan penyimpanan ke email (Google contact) untuk mempermudah migrasi data kontak di beberapa perangkat admin.
Sementara untuk konsumen, mengelola kontak dengan baik dan menghadirkan nuansa komunikasi personal dapat membuat konsumen merasa diperlakukan spesial dan loyal.
Para pelaku UKM, menurut Dewi, juga seringkali dengan mudahnya menjawab "tidak bisa", "tidak tahu", atau "tidak ada" yang justru menutup peluang pendapatan yang mungkin muncul.
Baca juga: Menkop UKM dorong UMKM terhubung pasar digital
Mengatakan hal demikian, menurut Dewi, juga dapat memberikan kesan "tidak butuh" kepada konsumen, sehingga bisa mematikan "hasrat membeli" yang sempat muncul.
Selain itu, Dewi juga melihat pemilik bisnis sering kali memberikan jawaban tidak memuaskan dan tidak mengedukasi. Untuk itu, dia menyarankan agar pemilik bisnis membuat QnA (question & answer) standar atau FAQ (frequently asked questions) untuk memberi kesan profesional dan memudahkan proses edukasi SDM/karyawan baru.
QnA standar juga bisa disusun untuk mengoptimalkan up-selling untuk meningkatkan kuantitas pembelian produk yang sama, misalnya dengan memberikan bebas ongkir untuk pembelian minimal jumlah tertentu.
Terakhir, pemilik bisnis juga dapat menyusun QnA untuk cross-selling dalam upaya meningkatkan jumlah pembelian dengan menawarkan produk lain. Misalnya, ketika konsumen sudah memesan, namun belum membayar, admin dapat menawarkan produk lain.
Baca juga: Kemenkop terapkan strategi khusus dongkrak perusahaan rintisan digital
Baca juga: UMKM andalkan platform digital untuk bertahan di saat pandemi
Baca juga: Teten sebut UMKM digital jadi kunci pemulihan ekonomi
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020