"Dengan penduduk usia muda saat ini dan bonus demografi inilah kesempatan terbaik Indonesia untuk melahirkan startup yang lebih banyak dan melahirkan perusahaan berbasis teknologi atau technopreneur yang kita harapkan akan mewarnai negeri ini ketika berupaya menjadi negara maju di tahun 2045 atau 100 tahun kemerdekaan kita," kata Menristek Bambang dalam diskusi virtual Muda Berinovasi: Start Your Startup Now di Jakarta, Selasa malam.
Baca juga: Hanya 13 persen bonus demografi Indonesia lulusan perguruan tinggi
Menristek Bambang menuturkan keberadaan startup dan bonus demografi menjadi suatu bonus bagi Indonesia jika dikelola dan dioptimalkan dengan baik, sehingga membuat Indonesia menjadi negara yang lebih maju.
Dia mengatakan Indonesia sudah mulai menikmati bonus demografi sejak 2010 dan akan berakhir pada 2045.
Ketika berada di bonus demografi, lanjutnya, harus dimanfaatkan peluang tersebut dengan membuat ekonomi Indonesia menjadi ekonomi lebih maju, khususnya ekonomi yang berbasis inovasi, dan ekonomi berbasis inovasi pasti didasarkan pada kegiatan riset dan pengembangan.
"Kalau kita tidak benar-benar me-'manage' (mengelola) bonus demografi dengan baik, bonus demografi dengan gampang berubah menjadi beban demografi," tuturnya.
Baca juga: Bahlil: UU Cipta Kerja antisipasi bonus demografi
Baca juga: Gus Menteri: Bonus demograsi bisa akselerasi pembangunan
Baca juga: Kepala BKKBN: Kualitas SDM pengaruhi transformasi bonus demografi
Agar beban demografi itu tidak terjadi, bonus demografi harus diarahkan untuk melahirkan lebih banyak startup atau pengusaha atau usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang berkualitas dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan lebih besar.
"Dengan lapangan pekerjaan lebih besar, apalagi kalangan muda sudah lebih familiar dengan revolusi industri 4.0 dengan teknologi digital, kita harapkan tingkat pengangguran terbuka nantinya akan terus turun, kita harapkan seperti layaknya negara maju. Saat ini tingkat pengangguran itu harusnya relatif lebih kecil," ujar Menristek Bambang.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020