• Beranda
  • Berita
  • Waspadai turun peranakan dan panggul usai melahirkan dengan bayi besar

Waspadai turun peranakan dan panggul usai melahirkan dengan bayi besar

14 November 2020 10:52 WIB
Waspadai turun peranakan dan panggul usai melahirkan dengan bayi besar
Ilustrasi (Pixabay)
Para wanita yang punya riwayat persalinan dengan bayi besar bisa berisiko mengalami prolaps organ panggul (POP) yang gejalanya bervariasi mulai dari keluhan benjolan pada vagina hingga nyeri saat melakukan hubungan intim. Sebenarnya apa itu POP?

Posisi rahim yang seharusnya berada tepat di atas vagina bisa berubah, menurun ke vagina dan hal ini dapat disertai penurunan organ panggul lainnya. Kondisi rahim yang turun biasa dikenal dengan turun peranakan yang merupakan bagian dari penurunan atau prolaps organ panggul (POP) secara keseluruhan.

Baca juga: Kepala BKKBN: Literasi menstruasi dan kespro masih rendah

Baca juga: Mengenal tren mengencangkan organ kewanitaan dengan suntik "stem cell"


Dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan uroginekologi RS Pondok Indah – Pondok Indah, Astrid Yunita dalam siaran tertulisnya, Sabtu mengungkapkan, POP bisa terjadi pada wanita di usia berapapun, meski kondisi ini lebih banyak dialami oleh wanita pada usia setelah menopause, atau wanita yang pernah melahirkan normal.

Umumnya, prolaps dapat meliputi tiga area berdasarkan segmen dinding vagina yang mengalami penurunan, yakni pada dinding vagina anterior (urethrokel, sistokel), dinding vagina posterior (rektokel, enterokel) dan dinding vagina apikal (leher rahim/serviks, rahim/uterus, puncak vagina).

Prolaps pada rahim diklasifikasikan menjadi empat, yaitu penurunan sampai dengan setengah panjang vagina (stadium 1), penurunan lebih jauh dari stadium 1 hingga batas himen (selaput dara) atau tepi vagina sehingga dapat terlihat pada, atau setinggi celah vagina (stadium 2), sebagian besar penurunan sudah melewati selaput dara dan berada di luar vagina (stadium 3) dan penurunan maksimum dari setiap kompartemen organ pelvik (stadium 4).

Penyebab prolaps organ panggul
Menurut Astrid, penyebab dan faktor risiko terjadinya prolaps umumnya multifaktoral atau dapat lebih dari satu penyebab, yang meliputi beberapa faktor risiko yang terjadi secara bersamaan, antara lain: genetik dan ras, berkaitan dengan kolagen dan elastin yang mempengaruhi kualitas jaringan penyokong pelviks.

Lalu, riwayat kehamilan dan persalinan misalnya kehamilan berulang, riwayat kehamilan dan persalinan dengan bayi besar, riwayat persalinan berbantu dengan alat vakum/forceps.

Faktor lainnya, riwayat pembedahan seperti angkat rahim, operasi prolaps sebelumnya, terapi yang mengganggu persarafan pelviks, misal terapi radiasi, trauma akibat kecelakaan, kemudian obesitas, konstipasi, pekerjaan atau aktivitas fisik serta kebiasaan angkat berat, penyakit paru kronik atau batuk kronik.

Selain itu, bisa juga akibat tumor abdomen, tumor rongga pelviks dan penumpukan cairan di rongga perut, penuaan, menopause, status estrogen serta kebiasaan merokok.

Baca juga: PPI terus dorong kampanye kesehatan reproduksi di tengah pandemi

Baca juga: Laki-laki juga perlu cek kesehatan reproduksi

Baca juga: Vitamin A bermanfaat untuk kesehatan tulang hingga reproduksi


Gejala prolaps organ panggul
Ada beberapa gejala yang membuat seseorang menyadari mengalami prolaps organ panggul dan sebaiknya segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan uroginekologi jika Anda mengalaminya.

Pada vagina, biasanya muncul keluhan benjolan di vagina dipengaruhi oleh gravitasi, sehingga semakin berat terasa pada posisi berdiri. Semakin lama, benjolan akan terasa semakin menonjol terutama setelah adanya aktivitas fisik berat jangka panjang seperti mengangkat benda berat atau berdiri.

Gejala pada vagina lainnya seperti rasa menggantung pada vagina, tekanan pada panggul hingga rasa pegal pada punggung, rasa tidak nyaman di vagina, keputihan, keluar darah dari erosi benjolan vagina.

Ada pula yang merasakan gejala gangguan berkemih seperti sulit memulai berkemih, berkemih tidak tuntas, harus mengejan, keluar urin saat batuk atau tertawa, sulit menahan dorongan berkemih, serta infeksi saluran kemih berulang.

Selain itu, gejala bisa juga berupa benjolan di dalam vagina saat mengejan, buang air besar (BAB) tidak tidak tuntas, sulit BAB dan harus mengejan, perlunya penekanan pada perineum atau vagina posterior untuk membantu BAB.

Gejala seksual antara lain rasa tidak nyaman saat berhubungan, nyeri saat berhubungan, menghindari hubungan seksual akibat adanya kepercayaan diri yang menurun juga bisa dialami penderita.

Diagnosis prolaps organ panggul
Dokter biasanya akan merujuk Anda untuk melakukan pemeriksaan fisik, terutama pemeriksaan kondisi pelvis, meminta Anda mengejan seperti saat akan buang air besar untuk menilai sejauh mana penurunan terjadi, dan melakukan gerakan seperti saat menahan buang air kecil untuk mengetahui kekuatan otot pelvis.

Untuk mendapatkan informasi lebih rinci, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk melihat organ dalam pelvis seperti USG panggul dan saluran kemih, untuk memastikan kondisi organ kandungan dan penyebab penurunan yang terjadi, foto rontgen saluran kemih dengan kontras (pielografi intravena/IVP) untuk memeriksa gangguan saluran kemih akibat turun peranakan.

Selain itu, tes urodinamik, untuk memeriksa fungsi kandung kemih dan uretra saat menyimpan urin dan membuangnya, terutama dilakukan pada pasien yang menderita inkontinensia parah juga bisa menjadi pilihan.

Baca juga: Seks lebih sering kurangi risiko menopause dini

Baca juga: Masalah tiroid dan stres bisa jadi penyebab rendahnya libido seks


Penanganan prolaps

Pilihan penatalaksanaan prolaps uteri terdiri dari prosedur bedah dan non-bedah, tergantung tingkat keparahan prolaps. Pilihan non-bedah meliputi penggunaan pesarium, rehabilitasi otot dasar panggul, dan symptom-directed therapy. Symptom-directed therapy dengan observasi prolaps dapat direkomendasikan pada pasien dengan prolaps derajat rendah.

Sementara pilihan bedah dapat berupa pengangkatan rahim maupun penggantungan rahim untuk kasus prolaps apikal atau prolaps yang terjadi pada area leher rahim, rahim, dan puncak vagina.

Pilihan operatif dapat dilakukan melalui pendekatan pervaginam maupun laparoskopi (bedah invasif minimal). Pada tindakan pengangkatan rahim dapat dilanjutkan dengan penggantungan puncak vagina jika masih ingin mempertahankan fungsi seksual.

Untuk prolaps anterior atau prolaps yang terjadi di area dinding vagina anterior (urethrokel, sistokel) tindakan penanganan yang dapat dilakukan yaitu kolporafi anterior dengan atau tanpa penggunaan mesh/grafting.

Hal ini dilakukan untuk mengencangkan otot di sekitar vagina. Sementara kolporafi posterior dilakukan pada kasus prolaps posterior atau prolaps yang terjadi pada area dinding vagina posterior (rektokel, enterokel).

Pilihan operasi untuk pasien dengan tingkat rekurensi tinggi dapat dilakukan teknik obliterasi atau penutupan introitus vagina (kolpokleisis) apabila tidak lagi mempertahankan fungsi vagina untuk hubungan seksual.

Singkatnya, prolaps organ panggul dapat terjadi pada Anda yang memiliki faktor risiko, namun demikian, dengan menghindari faktor risiko termasuk melakukan gerakan senam kegel saat hamil dan setelah melahirkan dapat menurunkan risiko terjadinya prolaps organ panggul di kemudian hari.



Baca juga: 10 tanda jelang masa menopause

Baca juga: Terlalu banyak karbohidrat berisiko alami menopause lebih cepat

Baca juga: Kenali gejala menopause

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020