Ketua Sustainable Development Goals (SDGs) Network dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Bayu Krisnamurthi mengatakan Indonesia harus berbasis pada pengembangan ekonomi lokal untuk membuat ketahanan pangan di Tanah Air menjadi lebih tinggi.Kita harus berbasis pada pengembangan ekonomi lokal khususnya pada level desa dan lurah serta memberikan dukungan kepada produsen lokal
“Kita harus berbasis pada pengembangan ekonomi lokal khususnya pada level desa dan lurah serta memberikan dukungan kepada produsen lokal,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Ia menilai Indonesia memiliki ketahanan pangan yang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan kedua yaitu ‘tanpa kelaparan’. Dengan kata lain, jika menerapkan sistem pangan berkelanjutan yang mengacu pada kearifan dan budaya pangan lokal serta diterapkan secara terencana dan konsisten.
“Inilah yang akan membuat pangan kita memiliki ketahanan yang lebih tinggi. Apalagi di sisi lain ketergantungan pada impor akan membahayakan jika terjadi krisis berkepanjangan,” katanya.
Di samping itu, ia mengatakan pemerintah harus dapat memastikan akses masyarakat terhadap pangan tetap terjaga dengan mengendalikan distribusi dan logistik pangan serta menjaga stabilitas harga.
Tidak hanya itu, pemerintah daerah sebagai aktor utama pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di daerah perlu turut berperan aktif dalam menjaga ketahanan pangan di daerah masing-masing.
Sebagai contoh, ujar dia, adanya pemanfaatan lahan oleh pemerintah Kota Pariaman, Sumatera Barat sebagai kebun tanaman dan kolam ikan bagi masyarakat.
Menurutnya, terdapat lima tantangan utama yang dihadapi pemerintah daerah selama pandemi COVID-19 di antaranya hambatan distribusi pangan antardaerah, nilai tukar petani yang menurun, perubahan pola harga pangan akibat kepanikan berbelanja, hambatan distribusi bibit dan pupuk karena pembatasan sosial serta penurunan beberapa harga komoditas pertanian.
“Peran pemerintah daerah dalam menjaga ketahanan pangan dapat dilakukan melalui urban farming, diversifikasi pangan yang mengurangi ketergantungan pada beras serta monitoring ketahanan pangan dan harga pangan daerah,” kata dia.
Apalagi, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dalam peringatan tahunan Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober lalu mengingatkan bahwa kelaparan yang disebabkan oleh resesi ekonomi global. Sebab, dipicu pandemi adalah ancaman nyata.
Data FAO menunjukkan bahwa sebelum pandemi, lebih dari dua miliar orang tidak memiliki akses reguler ke makanan yang aman dan bergizi. Bahkan, hampir 700 juta orang tidur dalam kondisi lapar.
Baca juga: KKP: Sektor perikanan garda terdepan ketahanan pangan saat pandemi
Baca juga: Pangan lokal solusi atasi kerentanan selama pandemi
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020