• Beranda
  • Berita
  • KKP perkenalkan konsep "speectra" untuk selamatkan ikan endemik

KKP perkenalkan konsep "speectra" untuk selamatkan ikan endemik

24 November 2020 08:00 WIB
KKP perkenalkan konsep "speectra" untuk selamatkan ikan endemik
Ilustrasi - Nelayan mengumpulkan ikan depik (Rasbora tawarensis) hasil tangkapannya di Desa Toweren, kawasan Danau Laut Tawar, Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (31/8/2019). Ikan depik merupakan ikan endemik yang hidup di Danau Laut Tawar, Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah yang telah menjadi menu khas makanan daerah tersebut yang dijual Rp100 ribu hingga Rp160 ribu per bambu (1,2 kilogram). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/wsj.

Model 'speectra' ini merupakan yang pertama di Sumsel dan tidak menutup kemungkinan dikembangkan di daerah lain

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkenalkan konsep special area for conservation and fish refugia (speectra), yang merupakan model pengelolaan kawasan perikanan lahan rawa guna menyelamatkan ikan endemik di Sumatera Selatan.

Kepala Badan Riset dan SDM KKP Sjarief Widjaja dalam rilis di Jakarta, Selasa, menyatakan penerapan speectra dipilih lantaran sesuai dengan tipologi lahan rawa banjiran, yang banyak terdapat di Provinsi Sumatera Selatan.

"Model ini kita usung untuk menyelamatkan ikan ekonomis penting seperti ikan belida sumatera (Chitala hypselonotus), ikan gabus (Channa striata), dan ikan toman merah (Channa moruloides)," jelasnya.

Baca juga: KKP lestarikan spesies asli ikan oliv yang endemik di Merauke

Sjarief mengungkapkan, perairan rawa banjiran mempunyai posisi strategis dan berfungsi sebagai tempat pengembangbiakan untuk ikan.

Atas dasar tersebut, dia menilai pemanfaatan rawa banjiran bisa memberikan manfaat dalam pemenuhan sumber pangan sekaligus mencukupi kebutuhan gizi masyarakat dari protein ikan.

"Optimalisasi pengelolaan di perairan rawa dengan cara memaksimalkan fungsi lebung buatan bisa mendukung peningkatan produktivitas rawa banjiran," ujarnya.

Dikatakannya, fisheries park atau taman perikanan seluas 50 hektare tersebut akan dibuat kolam-kolam dengan luasan masing-masing 1 hektare yang terdiri dari kolam untuk domestikasi, pembesaran serta kolam pemancingan.

Tak hanya itu, ujar dia, untuk mencukupi kebutuhan air kolam, dibuat pola buka-tutup pintu air dari Sungai Musi sekaligus agar pada saat-saat tertentu, anakan ikan bisa keluar dari patra tani ke sungai.

Sjarief memastikan speectra akan dikemas dengan gaya menarik dan informatif serta dilengkapi dengan saung-saung pusat informasi tentang ikan, lengkap dengan tanaman asli rawa banjiran seperti meranti.

"Model speectra ini merupakan yang pertama di Sumsel dan tidak menutup kemungkinan dikembangkan di daerah lain sebagai tempat sumber plasma nutfah lingkungan sekitarnya," jelasnya.

Sementara Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluh Perikanan (BRPPUPP) Palembang Arif Wibowo memaparkan ide kemunculan speectra dilatarbelakangi oleh kegelisahannya melihat rawa banjiran sebagai ekosistem yang rentan, yang mengakibatkan keanekaragaman ikan lebih cepat mengalami penurunan dibandingkan ekosistem lain.

Baca juga: KKP: Pemberantasan penangkapan ikan cara merusak termasuk prioritas
Baca juga: Hari Ikan Nasional, momentum penting tingkatkan konsumsi ikan

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020