Dalam pertemuannya dengan pengasuh dan pemilik Pondok Pesantren Al Ikhlash, Ketua PANDI Yudho Giri Sucahyo mengatakan bahwa gagasan mendigitalisasikan aksara Pegon ini merupakan bagian dari program “Merajut Nusantara melalui Digitalisasi Aksara”. PANDI juga telah mendigitalisasikan aksara Sunda, Bali, Sunda, Rejang, Batak, dan Bugis.
“PANDI melakukan hal ini untuk melestarikan bahasa-bahasa daerah karena ingin memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia sebagai wujud nasionalisme yang dituangkan dalam bentuk upaya digitalisasi aksara nusantara warisan leluhur agar generasi muda dapat mengenal dan memahami aksara-aksara asli daerah terdahulu yang kini kian terkikis zaman,” kata Yudho, dalam pernyataan pers, dikutip Selasa.
Baca juga: Pendaftaran lomba web aksara Sunda diperpanjang
Baca juga: PANDI gelorakan penggunaan aksara Lontara lewat lomba buat laman
Digitalisasi ini nantinya akan memudahkan proses pembinaan dan pengembangan aksara Pegon karena bisa diakses dan tersedia di perangkat mobile dan merupakan bentuk pelestarian budaya lokal agar bisa tetap hidup dan mengikuti zaman.
Menurut Yudho, Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. Lebih dari 700 (tujuh ratus) bahasa daerah yang tersebar di seluruh pelosok negeri, yang masing-masing memiliki aksaranya sendiri.
Digitalisasi akan terus digerakkan oleh PANDI bersama dengan komunitas terkait agar semakin banyak masyarakat yang menggunakan aksara leluhurnya, dengan begitu aksara daerah akan terus lestari. Digitalisasi aksara nusantara diyakini sebagai kunci untuk tetap menghidupkan warisan nenek moyang.
“Ibarat gayung bersambut, kami mendukung penuh gagasan ini (digitalisasi aksara) karena bisa melestarikan budaya pesantren di era digitalisasi, yang penting arahnya ke mana (positif) kita mengikuti, yang penting jangan ke mana-mana,” pemimpin Pondok Pesantren Al Ikhlash K.H. Alfin Sunhaji (52) yang juga Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Cabang Gresik.
Baca juga: PANDI dan Unud gelar lomba website beraksara Bali
Baca juga: PANDI kolaborasi dengan PPI dalam Program Merajut Nusantara
Makna lafal Pegon berasal dari lafal Jawa pego, yang berarti menyimpang, karena memang menyimpang dari literatur Arab dan Jawa. Karena itu, dalam perbincangan soal gagasan tersebut mengemuka persoalan bahwa aksara Pegon ternyata belum ada standarisasi di antara para penggunanya.
Namun, dalam satu komunitas yang sama mereka sama-sama memahami aspek keterbacaan aksara Pegon yang digunakannya karena yang penting mereka dapat memahami apa yang dimaksudkan dalam bacaan beraksara Pegon tersebut.
Dalam program digitalisasi ini PANDI tidak akan melakukan penyeragaman kaidah penggunaan aksara Pegon melainkan mengakomodasi sejumlah versi sebagaimana yang sudah lazim digunakan oleh kalangan komunitas.
Baca juga: PANDI akan adakan lomba website aksara Sunda
Baca juga: PANDI sambut baik komunitas bantu digitalisasi aksara nusantara
Pewarta: Suryanto
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020