"Sebesar 27 persen antusias, 52 persen menyatakan biasa saja, dan 14 persen tidak antusias," kata Komisaris Warga Muda Wildanshah, saat Peluncuran dan Diskusi Hasil Jajak Pendapat: Harapan dan Persepsi Anak Muda terhadap Pilkada 2020 yang berlangsung secara daring, Selasa.
Meski secara persentase yang antusias lebih besar ketimbang yang tidak antusias, Wildan mengakui perlu menjadi perhatian karena lebih besar yang mengaku biasa saja.
Jajak pendapat itu merupakan kolaborasi antara Warga Muda, Perludem, Golongan Hutan, dan Campaign yang difasilitasi Change.org.
Wildan menjelaskan bahwa mereka yang antusias memiliki berbagai alasan, yakni ingin daerahnya lebih maju (55 persen), ingin punya pemimpin yang lebih baik (26 persen), terpenuhi hak konstitusional (13 persen), mempertahankan pemimpin yang ada (2 persen), dan lainnya 1 persen.
Mereka yang tidak antusias, kata dia, juga memiliki alasan, yakni menilai terlalu berisiko karena masih situasi pandemi COVID-19 (44 persen), pilkada atau tidak sama saja (34 persen), dan tidak ada kandidat yang bagus sebesar 11 persen.
"Menariknya, ada yang alesannya males aja (4 persen), dan mereka yang pada hari itu ada aktivitas lain atau program yang ditawarkan paslon kurang menarik antara 1-2 persen," ujarnya.
Namun, kata dia, sebenarnya secara pengetahuan sebenarnya kalangan muda sudah tahu jika akan ada penyelenggaraan pilkada pada 9 Desember 2020, yakni sebesar 80 persen meski 14 persen mengaku tidak tahu.
Dari pemahaman terhadap rekam jejak paslon, Wildan juga mencatat hanya 19 persen yang paham, sementara mereka yang tidak paham cukup besar, yakni 43 persen sehingga perlu menjadi perhatian.
Peneliti dari Perludem Maharddhika menambahkan bahwa kalangan muda yang menginginkan pilkada tetap dilaksanakan pada 9 Desember 2020 atau ditunda juga hampir imbang.
"Sebesar 41 persen ingin (pilkada) lanjut saja dengan protokol, 37 persen ingin ditunda karena masih pandemi, sementara 13 persen tidak peduli," pungkasnya.
Sementara itu, Desma Murni dari Change.org menjelaskan jajak pendapat itu dilaksanakan dalam rentang waktu satu bulan, mulai 12 Oktober hingga 10 November 2020, dengan jumlah 9.087 responden.
"Mayoritas anak muda yang tersebar di 34 provinsi. Sebesar 82 persen dalam rentang usia 17-30 tahun yang mereka tergolong sebagai pengguna aktif media sosial," katanya.
Baca juga: Pemilih muda tak pilih tampang dan kekayaan
Baca juga: Anak muda Jakarta masih percaya demokrasi
Baca juga: Survei Pilkada Surabaya, Pengamat: Begitulah dinamika politik
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020