• Beranda
  • Berita
  • Pembelajaran daring bukan alasan abaikan penguatan karakter

Pembelajaran daring bukan alasan abaikan penguatan karakter

28 November 2020 21:20 WIB
Pembelajaran daring bukan alasan abaikan penguatan karakter
Sejumlah siswa di Kabupaten Sikka, NTT menyusuri pantai saat kembali dari sekolah. (ANTARA/Bernadus Tokan)

Pembelajaran online atau daring hanyalah alat atau instrumen pengajaran. Tetapi substansi pengembangan karakter ada dalam materi pembelajaran, pengawasan dan evaluasi

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Kolfidus mengatakan proses pembelajaran daring bukan alasan untuk mengabaikan penguatan karakter untuk anak didik.

"Pembelajaran online atau daring hanyalah alat atau instrumen pengajaran. Tetapi substansi pengembangan karakter ada dalam materi pembelajaran, pengawasan dan evaluasi," kata Emanuel Kolfidus kepada ANTARA di Kupang, Sabtu.

Dia mengemukakan pandangan itu, menjawab pertanyaan seputar apa yang harus dilakukan pemerintah daerah dan guru untuk menguatkan karakter anak didik dengan tantangan belajar yang masih melalui daring.

"Saya pikir, apapun tantangan dunia pendidikan saat ini, penguatan karakter, suatu 'Nation and Character Building' bagi saya tetap sangat penting," katanya.

Baca juga: Pengamat: Orang tua-guru harus kerja sama dalam penguatan karakter
Baca juga: Praktisi sebut perlu ada pembatasan penggunaan gawai bagi siswa


Penguatan karakter itu untuk membentuk ketahanan generasi bangsa yang memiliki keyakinan, kemandirian, kebanggaan dan patriotisme kepada tanah airnya sendiri.

"Justru pandemi harus menjadikan gelora membangun peradaban dan kebanggaan bangsa menjadi semakin kuat dalam suatu prinsip bergotong royong," kata Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan NTT itu.

Menurut dia, inti dari karakter Bangsa Indonesia adalah gotong royong, sehingga pembelajaran daring hanyalah alat atau instrumen pengajaran, tetapi substansi pengembangan karakter ada dalam materi pembelajaran, pengawasan dan evaluasi.

"Jadi, semua pihak harus menjadikan adaptasi kebiasaan baru sebagai kesempatan untuk mengevaluasi, memperbaharui dan menguatkan karakter anak bangsa," katanya.

Sederhananya, meskipun tanpa tatap muka, anak didik harus tetap diarahkan menjadi pribadi yang jujur, bekerja keras dan disiplin terhadap seluruh proses pembelajaran. Tentu pada situasi itu, peran orang tua akan bertambah karena harus melakukan pengawasan di rumah, yang sebelumya sebagian waktu anak didik berada di lingkungan sekolah, ujar dia.

Baca juga: Pembangunan karakter kunci lahirnya generasi emas berakhlak
Baca juga: Pengamat : Belajar daring bukan kendala penguatan karakter

 

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2020