• Beranda
  • Berita
  • Anggaran Rp300 miliar bagi pengembangan vaksin Merah Putih

Anggaran Rp300 miliar bagi pengembangan vaksin Merah Putih

3 Desember 2020 20:34 WIB
Anggaran Rp300 miliar bagi pengembangan vaksin Merah Putih
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.

Setelah itu tahun depan kita akan upayakan untuk uji klinis mereka tidak perlu khawatir dalam pelaksanaan uji klinis yang memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) mengalokasikan anggaran Rp300 miliar untuk pengembangan vaksin Merah Putih pada 2021.

"Tahun depan 2021 itu sudah kami siapkan sekitar Rp300 miliar dan tentunya kalau memang masih ada kekurangan tentunya kami akan mengajukan penambahan, paling tidak kita siapkan dulu Rp300 miliar untuk memastikan tahapan lab sampai uji klinis bisa berjalan dengan lancar," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang P.S. Brodjonegoro dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis.

Dukungan anggaran untuk tim pengembangan vaksin Merah Putih itu, katanya, akan mencakup beberapa tahap, yakni pertama pada tahap riset di laboratorium termasuk uji di hewan, dan kedua adalah dukungan anggaran untuk uji klinis manusia tahap 1, 2, dan 3, sedangkan untuk produksi dan distribusi vaksin berada di luar tugas dan fungsi dari Kemristek.

Selain itu, pihaknya akan menggunakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.010/2020 yang mengatur tentang "super tax deduction" untuk melakukan pendekatan kepada para perusahaan swasta dan pabrik-pabrik farmasi untuk dapat terlibat, terutama mendanai riset dan pengembangan vaksin, baik di laboratorium maupun  tahap uji klinis.

Baca juga: Menristek: Pengembangan vaksin Merah Putih berjalan sesuai jadwal

Saat ini, ada enam lembaga yang sedang mengembangkan vaksin Merah Putih, yaitu Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Universitas Airlangga (Unair), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan masing-masing platform yang berbeda.

"Kami memberikan dukungan kepada enam tim yang bekerja untuk menghasilkan bibit vaksin COVID-19 di mana dengan keadaan tersebut maka tim tersebut akan mendapatkan dukungan anggaran baik anggaran penelitian maupun nantinya anggaran untuk uji klinis manusia," katanya.

Anggaran tersebut diberikan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan masing-masing institusi untuk mengembangkan vaksin Merah Putih. Anggaran tersebut dapat digunakan seperti pada tahap laboratorium, untuk membeli material, seperti reagen dan hewan uji coba atau hewan mencit yang saat ini masih diimpor.

"Dan juga sudah ada permintaan untuk kebutuhan alat yang nantinya juga bisa di-'support' (dibantu)," ujar Menristek Bambang.

Baca juga: Satgas terus kawal pengembangan vaksin Merah Putih

Pengembangan bibit vaksin di tahap laboratorium tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Begitu juga dengan kebutuhan dana dalam pelaksanaan uji klinis. Oleh karena itu, perlu melibatkan perusahaan-perusahaan farmasi, termasuk swasta.

"Setelah itu tahun depan kita akan upayakan untuk uji klinis mereka tidak perlu khawatir dalam pelaksanaan uji klinis yang memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit," ujarnya.

Tim pengembangan vaksin Merah Putih juga mendapatkan dukungan untuk kebutuhan peralatan atau material yang diperlukan dalam penelitian vaksin, baik yang dilakukan masing-masing institusi maupun pada pusat pengembangan vaksin nasional yang sedang dipersiapkan di kompleks Puspiptek Serpong.

Pusat pengembangan vaksin nasional itu diharapkan menjadi semacam pusat pengembangan vaksin untuk berbagai macam platform yang saat ini sudah ada di dalam teknologi pengembangan vaksin.

Kemristek juga akan membantu institusi yang sedang mengembangkan bibit vaksin Merah Putih untuk mendapat perusahaan mitra untuk hilirisasi bibit vaksin dan produksi vaksin tersebut.

"Tentunya masing-masing tim ini akan kami pasangkan dengan industri untuk melakukan hilirisasi nantinya dan produksi. Tentunya industri-industri ini akan dikoordinasikan oleh Bio Farma tetapi tentunya kita juga melibatkan perusahaan swasta untuk bekerja sama dengan Bio Farma dan melakukan hilirisasi dari bibit vaksin yang dikembangkan oleh keenam institusi tersebut," ujar Menristek Bambang.

Baca juga: Menristek: Vaksin Merah Putih bisa diekspor
Baca juga: Menteri berharap vaksin Merah Putih didistribusikan di triwulan 4 2021
Baca juga: Vaksin Merah Putih sebagai simbol kemandirian dan kemajuan Indonesia

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020