Tiga kelurahan di Kota Yogyakarta terpilih menjadi proyek percontohan (pilot project) pencegahan kekerdilan (stunting) di masa pandemi COVID-19 melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan, bekerja sama dengan salah satu produsen makanan nutrisi ibu dan anak di kota tersebut.
“Di masa pandemi, ada kekhawatiran peningkatan kasus kekerdilan pada anak karena penurunan status ekonomi keluarga yang menyebabkan masyarakat tidak mampu memenuhi makanan bergizi dan bernutrisi yang dibutuhkan anak dalam masa tumbuh kembang,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di sela kick off program 1.000 Pelangi Goes to Community di Yogyakarta, Kamis.
Ketiga kelurahan yang menjadi pilot project tersebut seluruhnya berada di Kecamatan Umbulharjo yaitu di Kelurahan Warungboto, Kelurahan Pandeyan, dan Kelurahan Semaki.
Berdasarkan data pemantauan status gizi di Kecamatan Umbulharjo pada Agustus, menunjukkan dari 2.270 balita yang menjalani pengukuran berat dan tinggi badan diketahui 12,56 persen di antaranya masuk status pendek dan sangat pendek.
Baca juga: Yogyakarta tuntaskan PR setelah kasus "stunting" turun
Baca juga: Demi sebuah produk hukum ramah anak
Sedangkan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta pada 2019, terdapat total 11,3 persen anak di kota tersebut yang mengalami kekerdilan.
Heroe mengatakan, meski jumlah tersebut jauh lebih rendah dibanding rata-rata kasus kekerdilan nasional yang mencapai 27,7 persen, namun tetap harus menjadi target untuk terus dikurangi bahkan dihilangkan.
“Permasalahan kekerdilan tidak bisa hanya diselesaikan dengan memberikan nutrisi yang baik ke balita, tetapi harus dilakukan jauh hari sebelumnya, bahkan sejak remaja,” katanya.
Remaja putri, ujar Heroe, biasanya memilih mengurangi asupan makanan untuk tujuan berdiet atau menjaga berat badan. “Tetapi, jika dietnya kurang tepat maka bisa berdampak pada munculnya kasus stunting saat ia menjadi seorang ibu dan melahirkan bayi,” katanya.
Sementara itu, Perwakilan Danone Specialized Nutrition Indonesia Delta Deritawan mengatakan, program 1.000 Pelangi tersebut berangkat dari kepedulian perusahaan terhadap karyawan perempuan yang bekerja di pabrik.
“Melalui program tersebut, karyawan memperoleh pengetahuan terkait pemberian nutrisi yang baik untuk ibu hamil dan anak khususnya pada 1.000 hari pertama kehidupannya,” katanya.
Pemberian nutrisi yang baik dalam 1.000 hari pertama kehidupan, kata dia, akan menentukan kualitas tumbuh kembang anak di masa yang akan datang dan memastikan bahwa Indonesia memiliki generasi penerus yang berkualitas.
“Program ini sudah berjalan lima tahun dan kami melihat hasilnya cukup baik,” katanya.
Oleh karenanya, Delta mengatakan, berusaha mengembangkan program tersebut dengan sasaran yang lebih luas yaitu kepada masyarakat di luar lingkungan perusahaan.
“Semakin banyak yang teredukasi terkait pemberian nutrisi yang baik untuk ibu hamil dan anak, maka hasilnya akan semakin baik,” katanya.
Dalam program 1.000 Pelangi di tiga kelurahan di Kota Yogyakarta terdapat 188 warga yang menjadi sasaran program terdiri dari 117 anak di bawah usia dua tahun (baduta), dan 71 ibu hamil.
“Akan ada pelatihan, workshop, pendampingan, dan pemantauan tumbuh kembang baduta serta ibu hamil dan bagaimana status gizi mereka,” katanya.
Ia meyakini program tersebut tidak hanya menyasar warga di tiga kelurahan di Kecamatan Umbulharjo saja tetapi bisa diakses oleh lebih banyak warga karena seluruh materi pendampingan dan workshop akan disampaikan secara daring.*
Baca juga: GAIN : Trenggalek jadi daerah percontohan penurunan angka stunting
Baca juga: Aceh beri penanganan prioritas bagi sembilan daerah rawan pangan
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020