Sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar mulai Maret 2020, banyak perusahaan yang meminta para karyawannya untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Pembatasan untuk keluar rumah pun dilakukan, sehingga gaya untuk berpergian pun berubah.
ANTARA merangkum sejumlah tren dan inspirasi mode di tahun 2020. Mulai dari padu-padan atasan, masker, longuewear, hingga motif tie-dye.
Padu-padan atasan
Atasan bisa dipadu-padankan dengan mudah untuk menunjang penampilan, terutama saat melakukan rapat virtual via telekonferensi yang hanya menampilkan wajah dan sebagian tubuh bagian atas.
Misalnya memakai blouse yang ada detail atau motifnya, dengan aksesoris bisa menjadi gaya baru yang menarik namun sederhana dan praktis. Pun dengan menggunakan busana luar bisa menjadi alternatif untuk mengubah gaya secara cantik dan mudah.
Longuewear
Pakaian rumahan (loungewear) menjadi produk favorit masyarakat selama beraktivitas di rumah saja. Pengguna bisa terlihat modis dan nyaman ketika bekerja di rumah.
Baca juga: Padu-padan atasan, kiat mudah tampil modis saat kerja dari rumah
Baca juga: Tetap gaya walau di rumah aja
Hal ini dipengaruhi adanya perubahan gaya hidup di masa pandemi; di mana masyarakat lebih memilih produk fesyen yang mengedepankan fungsinya dahulu alih-alih gayanya.
Setelan baju dan celana dari kain rayon pun sempat menjadi favorit masyarakat di Indonesia. Setelan longuewear ini kemudian menjadi inspirasi para desainer fesyen dengan memadukan motif, warna, dan bahan lain seperti katun yang lebih nyaman digunakan dan tidak mudah kusut.
Oversized outfits
Celana lebar seperti kulot juga masih diminiati masyarakat. Selain nyaman, celana ini juga mudah dipadu-padankan dengan berbagai atasan untuk berbagai okasi.
Celana oversized juga tersedia dalam berbagai gaya; mulai dari rajutan, denim, dan bahkan vintage. Selain celana wide-leg, atasan oversized juga menjadi favorit di tahun 2020.
Baca juga: Tren fesyen 2021 menurut Raline Shah dan Jessica Iskandar
Baca juga: Sejauh Mata Memandang terpilih jadi Dewi Fashion Knights di JFW 2021
Tie-Dye
Motif tie-dye memang sudah ada sejak lama, tetapi baru-baru ini kembali populer sebagai salah satu tren fesyen terbesar tahun 2020. Baik itu gaya DIY atau yang sudah dibuatkan untuk konsumen.
Dikutip dari Oprah Mag, alasan mengapa motif ini kembali menjadi tren di tahun 2020 adalah karena adanya alasan psikologis; di mana tie-dye yang identik dengan warna cerah, juga bisa merangkul nostalgia yang baik untuk kesehatan mental para pemakainya yang berada di situasi pandemi global.
Masker
Pandemi COVID-19 membuat masker wajah menjadi salah satu produk yang disulap menjadi fashion item bahkan dapat memancarkan statement dari sebuah gaya atau penampilan seseorang. Menurut desainer Musa Widyatmodjo, penggunaan masker wajah masih akan menjadi tren di tahun 2021.
Baca juga: Masker, pakaian olahraga dan sandal tren mode teratas saat pandemi
Baca juga: Pilihan baru, masker yang bisa dipakai bolak-balik
Baca juga: Aneka masker elegan nan menggemaskan untuk dikenakan saat Lebaran
Seperti layaknya mode, Musa berpendapat bahwa masker bisa menjadi peluang bagi desainer maupun pegiat mode jika mampu berinovasi dan menuangkan kreativitasnya di produk tersebut.
"Masker bisa jadi peluang asalkan maskernya berevolusi. Semua industri, ada upgrade versi, pun dengan fashion, masker. Makin lama, makin ter-upgrade," jelasnya.
"Dulu kita bikin masker ya bikin saja. Kalau sekarang sudah bermacam-macam. Ada yang berkawat untuk mengikuti tulang hidung, dan sebagainya. Ini adalah inovasi dan tuntutan dari consumen," imbuhnya.
Sustainable fashion
Fesyen berkelanjutan (sustainable fashion) juga menjadi tren di 2020 dan diprediksi akan terus eksis hingga beberapa tahun mendatang. Tren ini ikut digalakkan oleh banyak selebritas dunia, mulai dari Jennifer Aniston hingga Putri Beatrice yang mengenakan gaun vintage untuk pernikahannya.
Dalam sebuah laporan tentang status penjualan kembali Vestiaire Collective yang dirilis bersama dengan Boston Consulting Group, mereka menemukan bahwa pangsa pakaian bekas diprediksi akan tumbuh dari 21 persen pada tahun 2020 menjadi 27 persen pada tahun 2023.
Sebanyak 70 persen responden pada tahun 2020 menyatakan mereka merasa terdorong untuk membeli barang bekas dalam upaya agar lebih berkelanjutan, dibandingkan dengan 62 persen pada 2018.
"Berbelanja secara lokal berarti uang kami akan kembali ke ekonomi mode lokal. Mendukung label yang mengandalkan penghematan berarti kita menghasilkan lebih sedikit limbah pakaian," tulis laporan tersebut.
Baca juga: Tie-dye diprediksi jadi tren busana musim panas
Baca juga: Trio kakak beradik luncurkan koleksi baru Labeltiga
Baca juga: Olah kreativitas kunci bertahan di industri fesyen kala pandemi
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020