"Setelah mendengar ada pesawat jatuh, Nelayan juga bantu ikut mencari serpihan pesawat," kata Erwin yang bekerja sebagai nelayan di pesisir Tanjung Kait Tangerang, Ahad.
Erwin mengatakan, saat kejadian kemarin dirinya berada di Pulau Laki usai mengantar pemancing. Dirinya bersama rekannya sedang meneduh di bagan pancing karena ketika itu hujan deras.
Tak lama berselang, terdengar bunyi keras yang awalnya seperti petir. Ombak di sekitar Pulau Laki pun kencang.
Baca juga: Basarnas serahkan temuan barang terkait Sriwijaya Air SJ-182 ke KNKT
Baca juga: Jasa Raharja lakukan pendataan terhadap 50 penumpang Sriwijaya Air
Karena jarak pandang saat itu tak jelas dan hujan lebat, maka dirinya tak menyangka jika bunyi itu berasal dari pesawat jatuh.
Dirinya meyakini jika pesawat itu jatuh di sekitar antara pulang Lancang Besar dan Pulau Bokor. Sebab di sekitar Pulau Laki tak ada tanda-tanda.
"Pagi ini sudah mengantar ke Pulau Laki dan tak ada pemancing yang menemukan serpihan. Kondisi Pulau Laki memang sepi, pemancing langsung ke bagan tempat mancing kalau datang," kata pria berusia 26 tahun tersebut.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jenis Boeing 737-500 dikabarkan hilang. Pesawat bernomor registrasi PK CLC jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.
Berdasarkan informasi dari Basarnas, pesawat itu hilang kontak di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.*
Baca juga: IFG siap memberikan dukungan terkait insiden Sriwijaya Air SJ 182
Baca juga: Ikatan Pilot Indonesia sampaikan dukacita atas jatuhnya Sriwijaya Air
Pewarta: Achmad Irfan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021