• Beranda
  • Berita
  • Kain tenun Dayak Iban Menua Sadap diminati Malaysia

Kain tenun Dayak Iban Menua Sadap diminati Malaysia

20 Januari 2021 13:00 WIB
Kain tenun Dayak Iban Menua Sadap diminati Malaysia
hasil kain tenun khas Suku Dayak Iban Desa Manua Sadap, Kecamatan Embaloh Hulu wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat. (ANTARA/Istimewa)

motif itu hanya bisa dibuat oleh orangtua

Empat jenis tenun khas Suku Dayak Iban Desa Menua Sadap Kecamatan Embaloh Hulu wilayah Kapuas Hulu Kalimantan Barat ternyata di minati Negara Malaysia, bahkan dari berbagai motif kain tenun itu memiliki makna dan sejarah bagi Dayak Iban.
 
"Tenun kita ada empat jenis, yaitu Kebat, Sidan, Songket dan Pileh di jual juga ke Malaysia, tapi yang banyak di minati Malaysia itu tenun jenis kebat," kata penggiat kain tenun Desa Menua Sadap Margaretha Mala, dihubungi ANTARA, di Putussibau Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu, Rabu.
 
Disampaikan Mala, dari empat jenis kain tenun itu masing-masing punya sejarah dalam motif yang sering digunakan para leluhur Suku Dayak Iban dan di wariskan kepada anak cucu hingga sekarang.
 
Menurut dia, kain tenun jenis Sidan menggunakan pewarna alami dengan berbagai macam motif yang diangkat dari anyaman tikar bemban yang wajib digunakan setiap ritual adat Suku Dayak Iban Manua Sadap.
 
Kemudian, kain tenun jenis Kebat atau Ikat dengan motif bangkong perahu yang memilik makna dulu digunakan para leluhur pejuang dalam berperang dalam mempertahankan wilayah dari musuh.
Selain itu ada juga, kain tenun Songket dengan motif "Keling Nurun Ngayau Enda Rumbau Mali Balang", motif itu biasanya diberikan kepada anak laki-laki (bujang) yang berani pemimpin perang.
 
Setelah itu kata Mala, kain tenun Pileh Selam dengan motif "Kandung nibung berayah tangkai ranyai besembah". Motif itu dulunya sering digunakan oleh orangtua Suku Bangsa Iban sebagai alas talam atau nampan tempat kepala manusia, ketika zaman perang para leluhur Suku Dayak Iban.
 
"Untuk motif itu hanya bisa dibuat oleh orangtua, sedangkan penenun pemula atau usia muda tidak diperbolehkan menggunakan motif itu, karena ada nilai mistis dari motif yang biasa digunakan untuk alas kepala manusia dulunya," ucap Mala.
 
Ia menuturkan bahwa aktivitas menenun itu sudah dilakukan oleh leluhur dengan menggunakan bahan serba alami dan hingga saat ini turun temurun dilakukan oleh perempuan Suku Dayak Iban Desa Manua Sadap.
 
"Tentunya warisan leluhur itu kami lestarikan mulai dari orang tua hingga generasi muda saat ini sebagai aktivitas rutin di Rumah Betang Suku Dayak Iban Manua Sadap," kata Mala penggiat tenun yang sudah mendapat penghargaan dari Lembaga Hayati.

Pewarta: Teofilusianto Timotius
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021