Sinovac Biotech, China National Pharmaceutical Group (Sinopharm), dan CanSino Biologics telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan skema tersebut, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying pada konferensi pers Rabu.
Skema COVAX, yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Aliansi Vaksin GAVI, akan mulai meluncurkan vaksin ke negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah pada Februari, dengan 2 dari 3 miliar dosis diperkirakan akan dikirimkan tahun ini.
Baca juga: Menlu sebut vaksin dari COVAX akan tersedia kuartal kedua 2021
Baca juga: WHO: Pengiriman vaksin COVID program COVAX dapat dimulai Januari ini
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Senin (18/1) bahwa nasionalisme vaksin telah menempatkan dunia di ambang "kegagalan moral yang dahsyat". Ia mendesak negara-negara dan produsen untuk menyebarkan dosis secara lebih adil di seluruh dunia.
Vaksin dari Sinopharm dan Sinovac sudah diluncurkan di beberapa negara, termasuk Brazil, Indonesia, Turki, dan Uni Emirat Arab.
Tak satu pun dari ketiga perusahaan tersebut yang telah merilis data efektivitas rinci dari vaksin mereka kepada publik, tetapi akses awal yang terbatas ke vaksin pesaing yang dikembangkan oleh produsen obat Barat telah mendorong banyak negara berkembang untuk mendapatkan vaksin dari China.
Sinovac, Sinopharm, dan CanSino tidak memberi komentar langsung tentang waktu persetujuan dari COVAX untuk vaksin mereka, jumlah pasokan, dan data apa yang telah mereka berikan kepada COVAX.
Sementara COVAX belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Sumber: Reuters
Baca juga: EU akan berbagi kelebihan pasokan vaksin COVID-19 dengan negara miskin
Baca juga: WHO: Negara miskin akan terima vaksin pertama COVID kuartal I 2021
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021