Sekretaris Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, Sri Hartanto, di Boyolali, Rabu, mengatakan dampak guguran awan panas dari Gunung Merapi berupa hujan abu di desa setempat yang posisinya di timur puncak gunung itu.
"Hujan abu yang mengguyur di Desa Sangup terjadi sekitar pukul 12.30 WIB. Hujan abu di Sangup juga bercampur pasir lembut," kata dia.
Dampak awan panas dari Gunung Merapi, berupa hujan abu cukup tebal, di bagian daerah atas, seperti Dukuh Beling dan Sudimoro.
Hujan abu di Desa Sangup sebenarnya dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, tetapi kondisinya tipis, sedangkan sekitar pukul 12.30 WIB turun hujan abu cukup tebal.
Kendati demikian, kata dia, situasi warga setempat tetap kondusif. Mereka di rumah masing-masing dan menghentikan kegiatan rutin sehari-hari akibat peristiwa alam itu.
Baca juga: Warga lereng Merapi di Sleman berlarian keluar rumah saat awan panas
Dia mengatakan guguran awan panas berakibat debu vulkanik yang terbawa angin ke arah timur dan turun di Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, dan sekitarnya.
Hujan abu juga terjadi di Desa Lanjaran, Mriyan (Kecamatan Tamansari), dan Sruni, Cluntang, Kecamatan.
Namun, guguran awan panas Merapi tidak sampai berdampak di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III lainnya di Boyolali atau sisi utara. Bahkan, di tiga desa di Kecamatan Selo, yakni Tlogolele, Klakah, dan Jrakah, kondisinya relatif aman.
Kepala Desa Tlogolele Sunguadi mengatakan wilayah setempat aman dan terkendali dari bahaya erupsi Merapi.
Namun, sekitar 150 warga rentan, balita, dan lansia masih menempati pengungsian sementara di Desa Tlogolele.
Kepala Desa Klakah Sumarwoto juga mengatakan wilayahnya aman dari dampak erupsi Merapi, antara lain tidak ada hujan abu.
Namun, katanya, warga tetap waspada terkait dengan perkembangan aktivitas vulkanik Merapi.
Baca juga: BPBD Klaten imbau warga KRB III segera turun
Baca juga: Merapi dan pengetahuan mitigasi bencana
Baca juga: Cinta Gunung Merapi pada Bumi via erupsi
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021