Penyintas COVID-19 di Banda Aceh mengingatkan masyarakat provinsi paling barat Indonesia itu untuk tidak merenggangkan, apalagi abai terhadap protokol kesehatan (prokes) mengingat penyebaran virus mematikan itu belum berakhir.Sudah hampir setahun kita hidup di tengah pandemi, sekarang sudah tahun 2021 dan COVID-19 ini belum berakhir, maka sangat penting prokes itu secara disiplin diterapkan
“Sudah hampir setahun kita hidup di tengah pandemi, sekarang sudah tahun 2021 dan COVID-19 ini belum berakhir, maka sangat penting prokes itu secara disiplin diterapkan,” kata Zulfa (26), penyintas COVID-19 yang berdomisili di Banda Aceh, Kamis.
Zulfa positif terinfeksi COVID-19 pada akhir Desember 2020 berdasarakan hasil tes sampel usap (swab) secara mandiri. Ia menjalani isolasi mandiri di rumah kosnya selama 16 hari.
Selama menjalani isolasi, dia sama sekali tidak berinteraksi dengan orang lain. Ia terus menjaga pola makan dan menerapkan pola hidup sehat agar proses penyembuhan lebih cepat.
“Aktivtas saya berjemur, latihan fisik ya untuk meningkatkan imun dan kebugaran tubuh. Paling kalau terasa jenuh itu saya menonton film dan dengar musik,” katanya.
Zulfa mengaku telah berupaya menerapkan prokes secara maksimal agar terhindar dari infeksi COVID-19. Ia selalu memakai masker saat keluar rumah, namun karena Aceh sudah transmisi lokal sehingga lokasi penularan tidak hanya di satu tempat.
“Kalau masker itu kemana saya pergi tetap saya pakai. Tapi Aceh kan sudah transmisi lokal jadi potensi penularan bisa di mana saja, tanpa kita sadari. Virus COVID-19 ini menularkan dengan sangat cepat,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Nurnisa (28), warga Banda Aceh yang juga penyintas COVID-19. Ia dinyatakan positif terinfeksi berdasarkan hasil tes sampel usap dari RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh.
“Saya menjalani isolasi mandiri itu dua minggu. Di rumah saja, enggak kemana-mana,” kata Nurnisa.
Mulanya, Nurnisa mengalami gejala ringan seperti hilang penciuman, hilang indra perasa, nyeri sendi dan mudah lelah. Karena gejala yang dialami menyurus ke COVID-19, sehingga ia menjalani tes sampel usap dan hasilnya positif.
“Saya diberi obat seperti vitamin dari rumah sakit. Kalau hari-hari selama isolasi itu saya biasa berolahraga pernapasan, berjemur, menerapkan pola-pola hidup sehat dan banyak makan ya,” katanya.
Menurut Nurnisa, meskipun saat ini pemerintah telah meluncurkan program vaksinasi COVID-19, sebagai upaya pemerintah dalam pengendalian kasus-kasu baru, tetapi warga juga diminta untuk tetap taat terhadap prokes.
“Iya, sekarang sudah ada vaksin (COVID-19), mudah-mudahan kita berharap virus ini segera berakhir. Tapi yang paling penting juga menurut saya taat prokes, walaupun sudah ada vaksin, prokes tetap harus jalan,” katanya.
Hingga kin, secara akumulatif kasus COVID-19 di Aceh telah mencapai 9.271 orang, di antaranya penderita yang sembuh sebanyak 7.952 orang, 377 orang meninggal dunia, dan selebihnya pasien masih dalam penanganan medis atau isolasi mandiri.
Baca juga: Lima nelayan Aceh dibebaskan India positif COVID-19
Baca juga: Kemenkes: Mematuhi prokes tetap penting meski sudah divaksin
Baca juga: Aceh masih rawat 79 pasien COVID-19 di RS rujukan
Baca juga: Sekolah di Aceh yang ditutup karena abaikan prokes dibuka kembali
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021