"Saat ini, penggunaan scaffolding sebagai media bantu anak DS sudah marak dilakukan," kata Neneg Sunarti dalam keterangannya, Kamis.
Fokus penelitian Neneng dalam disertasinya adalah anak Down Syndrome (DS) yang memiliki kemampuan untuk menunggu dan menunda kepuasan (delay of gratification) yang rendah padahal kemampuan ini sangat diperlukan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Scaffolding adalah suatu kerangka kerja yang membantu siswa dalam berkomunikasi dan belajar, misalnya pertanyaan pembantu atau berupa kalimat tidak lengkap yang harus dilengkapi oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peran scaffolding dalam meningkatkan kemampuan delay of gratification anak DS.
Baca juga: Penyandang down syndrom unjuk kebolehan menari
Baca juga: Beri perhatian lebih anak down syndrom
Neneng mengatakan penelitian ini terdiri dari dua tahap. Penelitian kuantitatif tahap pertama bertujuan untuk membuktikan korelasi antara kemampuan menunggu anak saat menjalankan tugas, dengan kemampuan menunda kepuasan pada domain makanan, interaksi sosial, dan aktivitas fisik menurut persepsi ibu.
Pada tahap kedua, penelitian ini berusaha untuk mencari korelasi hubungan antara tipe scaffolding yang dipergunakan dalam interaksi ibu-anak dengan kemampuan menunda kepuasan pada anak. Dua tahap penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan gambaran kemampuan delay of gratification anak DS dari ibu yang menggunakan metode scaffolding saat bermain lego.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi scaffolding yang berkorelasi dengan kemampuan menunggu anak adalah tipe scaffolding yang berfokus pada dimensi direction maintenance, speech, gesture, dan frustration control," katanya.
Dari hasil penelitian Neneng, tipe scaffolding lain yang berfungsi dalam meningkatkan kemampuan menunggu anak adalah dimensi scaffolding yang berfokus pada kemampuan direction maintenance, reduction in degrees of freedom, dan demonstration.
Riset ini pada akhirnya menunjukkan bahwa ada tingkat korelasi nyata antara penggunaan scaffolding dengan peningkatan kemampuan menunda kepuasan pada anak DS. Pada interaksi antara ibu-anak yang terjadi pada scaffolding, anak dapat mengambilalih tanggung jawab dan mengembangkan kapasitas untuk melakukan delay of gratification.*
Baca juga: FKUI cetak guru besar terbanyak dalam setahun
Baca juga: Dies Natalis ke-71, UI luncurkan Center for Independent Learning
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021