• Beranda
  • Berita
  • UPTD Museum Sultra: 900 lebih koleksi museum terdeteksi hilang

UPTD Museum Sultra: 900 lebih koleksi museum terdeteksi hilang

5 Februari 2021 17:08 WIB
UPTD Museum Sultra: 900 lebih koleksi museum terdeteksi hilang
Pegawai Museum Sultra, saat memperlihatkan beberapa etalase tempat penyimpanan koleksi yang dicuri maling pada 26/1 lalu. (Foto ANTARA/Azis Senong)
Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Museum dan Taman Budaya Sulawesi Tenggara (Sultra) telah mengidentifikasi sedikitnya 900-an koleksi yang hilang karena dicuri pada Selasa (26/1) lalu. 

Kepala UPTD Museum dan Taman Budaya Diknasbud Sultra Dody Syahrulsyah kepada Antara di Kendari, Kamis, mengatakan hasil identifikasi dan deskripsi barang-barang koleksi yang dicuri itu setelah pihaknya melakukan pendataan beberapa hari lalu.

"Dari sekitar 900 koleksi yang hilang itu sekitar 600-an merupakan aksesoris yang terbuat dari logam dan alat rumah tangga yang digunakan para raja-raja masa lampau dan sisanya berbagai koleksi lain seperti gong, koleksi keris dan samurai peninggalan Raja Jepang," ujarnya.

Baca juga: Tokoh Kendari minta aparat tangkap pelaku pencurian di Museum Sultra
Baca juga: Ratusan barang koleksi Museum Sultra dicuri maling
Baca juga: Banyuwangi jadikan Watukebo sebagai museum situs terbuka


Khusus pedang samurai, lanjut Dody, jumlahnya ada tiga jenis koleksi, namun bila dilihat dari sejarahnya barang itu nilainya bisa mencapai ratusan juta per buahnya," jelasnya.

Hilangnya ratusan koleksi bersejarah di Museum Sultra lebih sepekan terahkir itu juga mengundang perhatian Sejarawan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Haluoleo (UHO) Kendari Basrin Melamba.

Ia mengatakan, hilangnya benda cagar budaya yang merupakan koleksi pengadaan museum pusat itu merupakan pelajaran bagi organisasi perangkat daerah, dalam hal ini dinas pendidikan dan kebudayaan terkait dengan kebijakan mengenai tata cara menjaga, mengelola dan merawat benda-benda koleksi di dalam Museum itu.

"Memang sangat perlu dipikirkan ke depan di era digital ini membuat museum digital, misalnya pengunjung itu tidak perlu ke museum namun sisa membuka situs museum. Jadi di situ ada deskripsi tentang benda-benda cagar budaya, baik itu nama, jenis, asal usul dan periode benda itu," jelasnya.

Sejarawan yang juga dosen FIB itu menambahkan kejadian tersebut juga menjadi pelajaran baik pihak legislatif maupun eksekutif terkait kebijakan anggaran yang diperlukan untuk museum dalam pengamanan, perawatan atau pemeliharaan ke depan.

Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021