• Beranda
  • Berita
  • Raup omzet Rp12 juta sebulan dari maggot, Ini cerita petani Bekasi

Raup omzet Rp12 juta sebulan dari maggot, Ini cerita petani Bekasi

10 Februari 2021 11:26 WIB
Raup omzet Rp12 juta sebulan dari maggot, Ini cerita petani Bekasi
Black Soldier Fly yang dibudi daya oleh petani maggot asal Kota Bekasi Rahman. (Foto: Pradita Kurniawan Syah).

Maggot mampu mengubah material organik menjadi biomassanya. Beda dengan jenis lalat biasa karena larva yang dihasilkan bukan larva yang menjadi medium penularan penyakit

Petani maggot atau larva lalat Black Soldier Fly yang memiliki nama latin 'Hermetia illucens' asal Kota Bekasi, Rahman mampu meraup omzet sebesar Rp12 juta sebulan meski di masa pandemi COVID-19.

Rahman yang tinggal di RT 015/004 Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur itu mengaku memulai bisnis budi daya maggot sejak Agustus 2020 saat dampak pandemi COVID-19 menyentuh sendi-sendi perekonomian masyarakat Kota Bekasi termasuk dirinya.

"Alhamdulillah sekarang dalam sebulan saya sudah bisa menghasilkan Rp12 juta, itu hanya dari penjualan maggot saja, belum terhitung dari penjualan budi daya lele yang saya kelola juga," katanya di Bekasi, Rabu.

Dia mengaku maggot bisa dijadikan usaha bisnis baru bagi masyarakat. Selain murah meriah dan mudah, maggot memiliki nilai ekonomis tinggi sebab setiap 100 gram maggot kering bisa dijual seharga Rp20.000-Rp.30.000.

"Bisa dibilang ini solusi alternatif warga yang terdampak pandemi COVID-19. Kalau saya sendiri saat ini terus terang saja semakin menekuni budi daya maggot ini, selain ternak ikan lele juga," katanya.

Selain bernilai ekonomis tinggi, kata Rahmat, maggot juga bisa menjadi solusi mengurangi sampah organik di Kota Bekasi sebab sejak masih berwujud telur lalat, maggot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh hingga nanti siap dipanen.

"Maggot mampu mengubah material organik menjadi biomassanya. Beda dengan jenis lalat biasa karena larva yang dihasilkan bukan larva yang menjadi medium penularan penyakit," katanya.

Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik satu hingga tiga kali lipat dari bobot tubuhnya selama 24 jam bahkan bisa sampai lima kali lipat. Setelah mati, bangkainya digunakan sebagai pakan ternak. Bahkan kepompong maggot juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk sehingga tidak menjadi sampah baru.

Baca juga: Dosen UMM percepat budi daya maggot dengan teknologi mesin

Baca juga: KKP dorong kelompok budi daya maggot di sentra perikanan


 
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahjono berbincang dengan petani maggot asal Kota Bekasi Rahman di lokasi budi daya maggot RT 015/004 Kelurahan Aren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi pada Rabu (10/2/2021). (Foto: Pradita Kurniawan Syah).


Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahjono mengaku terkesan dengan upaya Rahman menjalankan usaha yang tetap produktif bahkan mendapatkan penghasilan melebihi standar upah minimum di tengah kondisi pandemi COVID-19.

Melihat keterampilan yang dimiliki oleh Rahman, Tri meminta Rahman membuka pelatihan budi daya maggot kepada masyarakat luas, menjadikan budi daya tersebut sebagai peluang membuka lahan bisnis baru yang kemudian berimbas kepada terbukanya lapangan-lapangan kerja baru.

"Saya siap pak wakil, siapa saja yang ingin belajar budi daya maggot, saya siap memberi kesempatan untuk belajar bersama," kata Rahman saat dikunjungi Wakil Wali Kota Bekasi itu.

Tri berharap peluang bisnis ini mampu menghidupkan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) baru sekaligus mengurangi bobot tonase sampah yang hendak dibuang ke TPA Sumur Batu dan Bantargebang, Kota Bekasi.

Baca juga: Pemkot Jaksel budidaya ulat Maggot atasi persoalan sampah

Baca juga: KKP bangun tujuh industri pakan percontohan berbasis maggot

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021