Mentan tinjau kawasan food estate baru di NTT

11 Februari 2021 14:34 WIB
Mentan tinjau kawasan food estate baru di NTT
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat meninjau kawasan baru untuk proyek lumbung pangan (food estate) di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kamis. ANTARA/Kementerian Pertanian.

Kabupaten Belu diharapkan dapat menjadi daerah model percontohan di Indonesia dalam upaya pengembangan ketahanan pangan berskala besar di wilayah Timur

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meninjau kawasan baru untuk proyek lumbung pangan (food estate) di Provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kecamatan Kakuluk Mesak Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akan menjadi kawasan pengembangan food estate Rotiklot.

Mentan Syahrul menyebutkan bahwa manfaat membangun kawasan food estate dalam skala luas di kawasan tersebut merupakan pengintegrasian proses laju pertanian dari hulu sampai dengan ke hilir.

Provinsi NTT dinilai memiliki potensi alam yang luar biasa dan peluang tersebut harus dikembangkan dalam membangun sektor pertanian.

"Kabupaten Belu diharapkan dapat menjadi daerah model percontohan di Indonesia dalam upaya pengembangan ketahanan pangan berskala besar di wilayah Timur," kata Mentan dalam keterangan diterima di Jakarta, Kamis.

Mentan mendorong pengembangan pola food estate ini dengan memberikan bantuan sarana produksi, alat pra panen dan pasca panen guna meningkatkan produktivitas, juga mendorong para petani untuk menggunakan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR), serta pengembangan pertanian berbasis korporasi dan klaster.

"Kita perbaiki varietas benih, kita perbaiki tata kelola irigasinya sampai dengan bagaimana pasca panennya juga tertangani dengan baik," kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Belu, Ose Luan, mengatakan luas Desa Fatuketi seluas 5.080 hektare (ha) memiliki potensi lahan untuk pengembangan food estate seluas 380 ha.

Rencananya, komoditi yang akan dikembangkan pada musim tanam I, yakni padi seluas 350 ha dan di musim tanam II adalah komoditas palawija seluas 200 hektare.

Selain pengembangan komoditas tanaman pangan, direncanakan juga pengembangan komoditas hortikultura seluas 25 hektare dan perkebunan sebanyak 50 hektare.

"Mata pencarian masyarakat Belu utamanya pertanian. Belu memiliki musim kering lebih lama dari pada musim hujan sehingga kabupaten Belu harus membendung semua sungai disini sebagai sumber air untuk sawah," kata Wabup Ose Luan.

Ose menyebutkan Kabupaten Belu saat ini memiliki bendungan Rotiklot. Guna pengembangan kawasan lumbung pangan baru, maka perlu dibangun sistem irigasi sekunder dan tersier untuk mengairi lahan tersebut.

Baca juga: Mentan sebut Food Estate di Kalteng berjalan baik
Baca juga: Luhut: "Food estate" jadi kesempatan wujudkan modernisasi pertanian
Baca juga: Pembangunan pertanian skala luas sebagai sebuah solusi

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021