• Beranda
  • Berita
  • Struktur batuan keras penyebab lemahnya guncangan gempa di Enggano

Struktur batuan keras penyebab lemahnya guncangan gempa di Enggano

11 Februari 2021 16:36 WIB
Struktur batuan keras penyebab lemahnya guncangan gempa di Enggano
Dokumentasi - Pekerja bangunan memeriksa dinding gribig berkawat yang biasa dipakai warga untuk menahan material bangunan agar tak runtuh saat gempa di Desa Malakoni, Pulau Enggano, Bengkulu, Ahad (6/12/2020). ANTARA/Sugiharto Purnama/aa.
Gempa tektonik kuat bermagnitudo 6,5 yang kemudian diperbarui menjadi 6,3 pada Rabu (10/2) pukul 19.52.26 WIB di Pulau Enggano Bengkulu, guncangannya dirasakan lemah karena faktor kondisi batuan keras di pulau tersebut.

"Lemahnya dampak guncangan Gempa Enggano dengan magnitudo 6,3 disebabkan oleh faktor jarak dan kondisi batuan di zona gempa," kata Koordinator bidang Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta, Kamis.

Dia menjelaskan guncangan gempa kuat itu hanya dirasakan dalam skala intensitas III MMI dimana getaran seperti truk berlalu di Pulau Enggano yang merupakan lokasi paling dekat pusat gempa.

Sedangkan di Bengkulu dan Kepahiang guncangan dirasakan lebih lemah lagi hanya dalam skala intensitas II MMI yang didiskripsikan getaran dirasakan hanya oleh beberapa orang dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Baca juga: Diguncang gempa 6,5 SR, aktivitas warga Pulau Enggano masih normal

Baca juga: Gempa magnitudo 6,5 guncang Enggano Bengkulu


Jika dihitung secara teliti, jarak episenter gempa ke Pulau Enggano sejauh 84 km, sedangkan jarak episenter ke Kota Bengkulu sejauh 221 km. Kondisi ini dapat dianalogikan seolah gempa magnitudo 6,3 terjadi di kedalaman menengah, sehingga wajar jika guncanganya menjadi tidak signifikan, karena percepatan getaran tanah yang terjadi saat gempa sudah mengalami atenuasi atau pelemahan sampai di Pulau Enggano dan Bengkulu.

Disamping faktor jarak yang cukup jauh, pusat gempa yang terjadi di bidang kontak antar lempeng ini menjalar melalui batuan keras di Pulau Enggano yang tersusun oleh batuan taji atau prisma akresi (the accretionary prism) yang sangat keras sehingga dapat mengalami deamplifikasi atau peredaman.

Dia mengatakan sudah lazim selama ini gempa signifikan yang bersumber di zona megathrust Sumatra relatif mengalami peredaman di Pulau Enggano, Kepulauan Mentawai, Kepulauan Batu, Pulau Nias dan Pulau Simeulue.

Gempa Enggano berpusat di bidang kontak antar Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia tepatnya di Segmen Megathrust Enggano yang memiliki magnitudo tertarget 8,4.

Segmen Megathrust Enggano sudah melepaskan energinya pada pada 4 Juni 2000 dengan magnitudo 7,9. Gempa tersebut mengakibatkan 94 orang tewas, lebih dari 1.000 orang luka-luka dan sedikitnya 15.000 rumah rusak berat.

Gempa itu merusak karena magnitudonya yang besar, memiliki kedalaman dangkal, serta lokasi episenternya yang terletak diantara Kota Bengkulu dan Pulau Enggano, sehingga berdampak di Pulau Enggano dan Wilayah Provinsi Bengkulu.

Meskipun segmen Megathrust Enggano sudah rilis energi dengan gempa besarnya pada tahun 2000, namun kewaspadaan perlu terus ditingkatkan karena secara umum gempa belum dapat diprediksi.*

Baca juga: Belajar dari gempa dahsyat Tahun 2000

Baca juga: Gempa magnitudo 5,0 guncang Enggano Bengkulu Utara

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021