“Di sini Krakatau Steel melakukan diferensiasi di berbagai sektor, ada di semen, baja, energi dalam hal ini gas. Sehingga ini menjadi satu perputaran yang tidak sia-sia, ketika Krakatau energi mensuplai untuk pembuatan baja dia bisa mensuplai jauh lebih murah," ujar Andi dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta pada Senin.
Kinerja perusahaan pun terbilang membaik, sehingga masih memiliki strategi untuk memperpanjang utangnya. Hal ini terbukti dengan keuntungan yang berhasil diperoleh PT Krakatau Steel pada kuartal pertama tahun 2020.
Secara umum pasokan gas untuk perusahaan baja nasional ini diberikan oleh PGN dan Pertamina PHE berjalan lancar. Apalagi dengan harga gas yang diturunkan pemerintah menjadi seharga 6 dolar AS/MMBTU.
Untuk tahun 2020, penyaluran rata-rata gas dari PGN ke Krakatau Steel Grup sebanyak 17.4 BBTUD atau sekitar 82 persen dari kontrak minimal.
Dengan komplemen dari Pertamina PHE, kebutuhan gas untuk PT Krakatau Steel ini relatif cukup terpenuhi. Ke depan saat produksi gas dari Pertamina HE habis, maka komitmen pasokan gas akan dipenuhi dari PGN.
Legislator itu juga menambahkan agar pemerintah meningkatkan dukungan terhadap industri baja domestik, termasuk Krakatau Steel.
“Kita harus memberikan keberpihakan terhadap industri dalam negeri termasuk Krakatau Steel yang menghasilkan baja yang banyak digunakan oleh industri-industri dalam negeri seperti industri manufaktur pesawat, kabel-kabel dan lainnya. Tetapi sayangnya kita masih impor, seharusnya kita tidak usah impor lagi. Pelan-pelan kita kurangi, mungkin tidak langsung mendadak kebijakannya, tapi kita impornya dikurangi,” kata Andi.
Baca juga: Krakatau Steel ekspor baja perdana di 2021 ke Malaysia
Baca juga: Krakatau Steel terbitkan obligasi Rp3 triliun
Baca juga: Krakatau Steel bukukan laba operasi 72,67 juta dolar AS di kuartal III
Baca juga: Tingkatkan layanan, Krakatau Steel luncurkan aplikasi Krasmart Connect
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021