Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan menyerahkan bantuan dana stimulan berupa pembangunan hunian tetap (Huntap).
"Karena BNPB hanya memberikan bantuan dari sisi Huntap saja," kata Kepala Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Ahmad Syafaat, Selasa.
Dikatakan, BNPB akan menyerahkan bantuan dana stimulan kepada daerah yang terdampak banjir berupa pembangunan hunian tetap, yakni, Rp50 juta untuk rumah rusak berat, Rp25 juta untuk rumah rusak sedang dan Rp10 juta untuk rumah rusak ringan.
Ia menjelaskan data awal dari rekap pihak Kecamatan Barabai, Batu Benawa dan Hantakan, rumah rusak berat termasuk rumah yang hilang total sebanyak 538 unit.
Baca juga: Hulu Sungai Tengah terima bantuan bangun tempat ibadah dari ULM
Baca juga: Relawan perbaiki jembatan rusak dan buka kelas di Hulu Sungai Tengah
Namun, setelah diverifikasi di lapangan Tim BPBD dan Dinas Perkim, jumlah sementara sebanyak 268 unit, rumah rusak berat dan hilang. "Sisanya masuk dalam kategori rumah rusak sedang dan rusak ringan," kata Syafaat.
Ia menuturkan untuk kategori rumah rusak sedang dan ringan masih proses pemeriksaan silang data.
"Prosesnya saat ini diajukan pembuatan SK bupati. Setelah itu diusulkan untuk mendapatkan SK gubernur dan datanya diteruskan ke BNPB Pusat.
"Setalah masuk ke BNPB Pusat, ada lagi nantinya tahap verifikasi, artinya dari tahap verifikasi kabupaten masuk tahap verifikasi pusat, mudah-mudahan dalam waktu dekat sebulan ini sudah ada kepastian," katanya.
Data rumah rusak berat dan hilang yang menjadi prioritas utama sudah diteruskan ke pusat, sesuai janji BPBD dulu secepatnya dana akan diturunkan.
"Saat ini, desa yang siap direlokasi dan saran tim teknis kami adalah Desa Alat, karena dari sisi geografis kondisi tempat asal mereka menetap sangat rendah dan rentan banjir karena berada di bantaran sungai dan warga sudah trauma. Sudah dua kali dilanda banjir dan longsor," katanya.
Terkait relokasi, pihaknya sudah konsultasi dengan camat dan pemilik lahan.
"Khusus Desa Alat, target relokasi adalah di RT 05, karena di sana kondisi geografisnya berada di dataran tinggi dan kondisinya ketika banjir susulan, Insyaallah aman," ujar Syafaat.
Selanjutnya, tinggal memastikan kepastian luas lahan. Infonya dari camat dan pemilik lahan, luasnya sekitar 3 hektare yang bisa dibebaskan.
Kalau tanah untuk relokasi sudah ditentukan titiknya, berikutnya kita koordinasikan dengan dengan tim pengadaan tanah dan Sekda sebagai pemutus pembayarannya. "Mudah-mudahan dalam waktu singkat sudah ada kepastian.
Untuk dana pengadaan tanah, Insyaallah Pemerintah Daerah bisa memenuhi, baik dari APBD nantinya maupun bantuan dana yang masuk dari berbagai kabupaten atau perusahaan dan relawan," ujarnya.
Syafaat menyatakan, dengan bantuan dari berbagai daerah tersebut, setidaknya mengurangi beban pemerintah daerah dan tidak terlalu menguras APBD.
Sedangkan kondisi di Desa Baru, Waki, beda kondisi geografisnya dengan di Desa Alat dan masyarakat tidak mau direlokasi dengan alasan mereka sudah merasa nyaman di sana dan wilayah tersebut memang masih berada di dataran tinggi dan baru kali ini warga sana merasakan dampak banjir, sebelumnya tidak pernah.
"Jadi, ketika kita bangunkan Huntap di sana harus dengan konsep sistem rumah panggung atau beton tahan terhadap banjir," kata Syafaat.
Tinggal nanti ada semacam bangunan pengarah sungai yang sedang dikoordinasikan dengan Dinas PUPR. Karena jalur sungai itu tidak belok kiri tetapi mengarah ke permukiman warga. "Konsepnya nanti kita teliti lebih mendalam," katanya.
Nantinya, yang perlu diperhatikan adalah konsep penataan permukiman, baik itu drainase dan sistem konstruksi bangunan yang tahan benturan. "Karena kami lihat disana ada satu buah rumah beton yang tahan dan tidak hancur saat banjir beberapa waktu lalu," katanya.*
Baca juga: Akibat banjir, sejumlah saluran drainase di Barabai tersumbat
Baca juga: TNI bantu penyembuhan trauma pada anak di lokasi banjir Kalsel
Pewarta: Imam Hanafi/mtaupikrahman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021