PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Mojokerto, Jawa Timur masih memfokuskan pada pemulihan kelistrikan di lokasi pengungsian bencana longsor di Desa Ngetos, Kabupaten Nganjuk, karena kondisi listrik di lokasi bencana belum bisa dipulihkan atau masih padam.Kami masih menunggu kabar dari Basarnas, pemerintah daerah dan kepolisian. Kalau aman, baru kami bisa kami membangun dan menyalakan kembali jaringan yang terdampak longsor di Nganjuk
Manajer Bagian Jaringan PLN UP3 Mojokerto, Faris Fitrianto dikonfirmasi di Surabaya, Kamis mengatakan, untuk perbaikan jaringan listrik di lokasi bencana, pihak PLN masih menunggu kondisi tanah stabil dan informasi dari petugas kebencanaan.
"Kami masih menunggu kabar dari Basarnas, pemerintah daerah dan kepolisian. Kalau aman, baru kami bisa kami membangun dan menyalakan kembali jaringan yang terdampak longsor di Nganjuk," katanya.
Secara umum, total jaringan yang padam akibat longsor Nganjuk mencapai 38 pelanggan, yakni di Kecamatan Ngetos, Dusun Selopuro, serta material lainnya antara lain lima buah tiang roboh, 300 meter bundled konduktor dan 8 kWh meter tertimbun longsor.
"Kami saat ini melibatkan Regu Yandal, Regu HAR dan pengawas piket PLN untuk terus mengawasi dan melakukan pembersihan material longsor dibantu Basarnas," katanya.
Ia menjelaskan, untuk jaringan di luar lokasi longsor masih terpantau aman, sehingga tidak mengganggu warga lain yang tidak terkena bencana.
"Jalur lainnya yang satu saluran dengan jaringan di lokasi longsor Nganjuk kondisinya aman. Hanya line yang mengarah ke gunung itu lolos di tengah, dan posisinya di sana memang saat ini steril atau masih padam, karena memang diminta demikian, khawatir adanya longsor susulan," katanya.
Oleh karena itu, kata Faris Fitrianto, PLN masih fokus untuk mengamankan jaringan di lokasi pengungsian agar tetap menyala, hingga menunggu kondisi lokasi bencana aman, dan warga kembali ke rumah, kemudian listrik dinyalakan.
Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk terjadi pada Minggu (14/2), setelah hujan deras mengguyur daerah itu. Akibatnya, 10 rumah warga rusak yakni delapan rumah warga tertimbun dan dua rusak berat.
Di daerah itu, ada 186 orang warga yang terdata. Dari jumlah itu, 21 orang di antaranya dinyatakan hilang. Setelah pencarian, dua orang berhasil selamat, enam orang masih dicari dan sisanya sudah meninggal dunia.
Baca juga: BPBD survei geologi, seismik, udara antisipasi longsor susulan Nganjuk
Baca juga: ACT Madiun kirim relawan bantu penanganan bencana Nganjuk
Baca juga: 400 personel dikerahkan cari korban tertimbun longsor Nganjuk
Baca juga: Belasan pengungsi akibat tanah longsor di Nganjuk reaktif
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021