"Kami akan berusaha membangun kolaborasi di dalam upaya kita mengedepankan inovasi kecerdasan artifisial," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BPPT 2021 di Jakarta, Selasa.
BPPT juga ingin mengembangkan pusat data yang memiliki kemampuan supercomputing. Dengan demikian, diharapkan dapat berkolaborasi dengan pihak terkait seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Baca juga: BPPT bangun Pusat Inovasi Kecerdasan Artifisial
Baca juga: Menteri: AI Summit dorong peta kekuatan pemanfaatan AI di Indonesia
Kecerdasan artifisial dan kemampuan supercomputing berguna untuk pembangunan dunia digital Indonesia di era revolusi industri 4.0.
Supercomputing akan mendukung proses penghitungan cepat. Superkomputer dapat melakukan lebih banyak tugas paralel, detail dan rumit dibandingkan komputer biasa. Superkomputer tersebut didukung ribuan prosesor.
"Saya kira itu (Indonesia digital) merupakan program utama di tahun 2021 yang akan kita kolaborasikan dan sinergikan dengan upaya-upaya kami meningkatkan peran pengkajian dan penerapan teknologi dalam membangun ekonomi maupun membangun Indonesia digital," tutur Hammam.
Sebelumnya, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan saat ini era perang AI dimana persaingan menguasai AI sudah sama layaknya space war di era perang dingin.
Baca juga: Pemerintah optimis kecerdasan artifisial ungkit ekonomi masa depan
"Siapa yang menguasai AI, dia yang berpotensi menguasai dunia. Kita kejar-kejaran dan menghadapi perang AI saat ini, kita memerlukan BPPT yang bisa memproduksi teknologinya sendiri," ujar Presiden dalam pembukaan Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi BPPT 2021 di Istana Negara Jakarta, Senin.
Presiden Jokowi mengatakan BPPT harus menjadi pusat kecerdasan teknologi Indonesia.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021