"Mereka yang menderita Long COVID-19 tidak akan menularkan ke orang di sekitar. Meski perlu ada penelitian lebih lanjut," katanya dalam konferensi pers melalui daring, Selasa.
Long COVID-19 merupakan suatu gejala COVID-19 jangka panjang yang dialami pasien beberapa bulan setelah infeksi atau saat masa pemulihan.
Gejala yang yang timbul umumnya kelelahan, kesulitan bernapas, batuk, sakit sendi dan sakit dada. Gejala lainnya adalah sulit konsentrasi, depresi, sakit pada jaringan otot, sakit kepala, jantung berdebar, gatal, rambut rontok, indera penciuman dan perasa terganggu.
Baca juga: Linglung salah satu gejala "long" COVID
Baca juga: Dokter bilang "long" COVID bukan COVID-19 yang masih terjadi
Meskipun jarang, ada juga yang mengalami komplikasi medis hingga mempengaruhi fungsi jantung, fungsi paru bahkan kerusakan ginjal akut.
Gejala Long COVID-19 bisa dirasakan oleh mereka yang berusia muda, anak-anak, juga tanpa komorbid atau penyakit penyerta.
Fenomena Long COVID-19, dipastikan Wiku dapat menghambat produktivitas penderita.
Meski dilaporkan tidak menular, namun Wiku mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan penerapan protokol kesehatan yang telah direkomendasikan para pakar.
Menurut penelitian WHO, umumnya mereka yang terpapar COVID-19 akan mengalami gejala ringan hingga sedang. Namun, 10-15 persen penderita mengalami gejala berat dan 5 persen lainnya bahkan hingga kritis.
"Umumnya juga, mereka yang terpapar akan sembuh dalam dua sampai enam pekan. Tapi beberapa pasien baru merasakan gejala Long COVID-19 setelah dinyatakan pulih," katanya.*
Baca juga: Penyuluhan gejala jangka panjang COVID-19 penting untuk pencegahan
Baca juga: Dokter: Kelelahan kronik salah satu gejala "Long COVID"
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021