• Beranda
  • Berita
  • Epidemiolog nilai vaksinasi mandiri bantu capai kekebalan kelompok

Epidemiolog nilai vaksinasi mandiri bantu capai kekebalan kelompok

10 Maret 2021 16:42 WIB
Epidemiolog nilai vaksinasi mandiri bantu capai kekebalan kelompok
Epidemiolog dari Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat Defriman Djafri Ph.D. (ANTARA/ (Istimewa)

Ini sebenarnya efek domino yang diharapkan dalam mengakselerasi capaian cakupan vaksinasi

Epidemiolog Universitas Andalas Defriman Djafri mengatakan vaksinasi mandiri membantu mempercepat tercapainya kekebalan kelompok (herd immunity) terhadap COVID-19.

"Ini sebenarnya efek domino yang diharapkan dalam mengakselerasi capaian cakupan vaksinasi agar tercapai herd immunity, dan kita bisa keluar dari pandemi yang panjang ini," kata Defriman yang juga merupakan Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi untuk Provinsi Sumatera Barat dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Defriman menuturkan yang perlu menjadi catatan penting ketika ada pelibatan pihak swasta dalam program vaksinasi mandiri adalah kontrol tetap berada di bawah Pemerintah Indonesia.

Baca juga: Jumlah warga RI dapat vaksin bertambah 239.001 jadi 3.337.026 orang

Itu sebagai jaminan bahwa vaksin mandiri tidak sepenuhnya lepas dari kontrol pemerintah untuk mengantisipasi mafia vaksin dan vaksin palsu yang dikhawatirkan masyarakat ke depan.

Tantangan utama dalam vaksinasi mandiri adalah persepsi masyarakat yang berbeda, mulai dari anggapan vaksin berbayar lebih baik daripada yang gratis atau sebaliknya.

Kemudian, pendekatan vaksin mandiri yang seolah-olah lebih mementingkan pendekatan ekonomi dibandingkan kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat. Selanjutnya, ada juga anggapan ketika vaksin mandiri disediakan, kepercayaan masyarakat terhadap vaksin akan menurun.

Baca juga: 1.100 petugas publik dan dosen di Bandung jalani vaksinasi COVID-19

Sebenarnya, yang perlu dipahami masyarakat adalah vaksinasi mandiri adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 di Tanah Air.

Tantangan berikutnya adalah ketersediaan dan distribusi vaksin. Bagaimanapun, ketersediaan dan alokasi vaksin yang terbatas akan menghambat proses distribusi vaksin.

"Vaksinasi mandiri seharusnya bisa melibatkan pihak swasta dalam distribusi jaringan rantai dingin dan penyediaan vaksin secara proporsional untuk menjangkau daerah-daerah yang masih terbatas kapasitas penyimpanannya," tutur Defriman.

Baca juga: Epidemiolog: Kaji faktor penyebab kejadian ikutan pasca-imunisasi

Saat ini, ketika efikasi vaksin sudah terpenuhi dan kehalalan vaksin sudah dijamin, maka kunci keberhasilan ke depan harus menitikberatkan peningkatan partisipasi masyarakat untuk divaksinasi (vaccination rate) agar tercapainya kekebalan kelompok yang diharapkan. Dan vaksinasi mandiri merupakan bagian dari upaya akselerasi percepatan dari program vaksinasi COVID-19 di Indonesia.

Hasil program vaksinasi tentunya diharapkan efektif membentuk kekebalan kelompok dan berdampak terhadap produktivitas sosial dan ekonomi ke depan.

Baca juga: Epidemiolog: Penegakan hukum protokol kesehatan kombinasi baik

Baca juga: Ganjar ungkap vaksinasi COVID-19 mandiri segera berjalan

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021