• Beranda
  • Berita
  • Psikolog UI: Ajarkan anak nilai kebaikan sejak dini

Psikolog UI: Ajarkan anak nilai kebaikan sejak dini

25 Maret 2021 15:35 WIB
Psikolog UI: Ajarkan anak nilai kebaikan sejak dini
Ilustrasi - Orangtua dan anak. ANTARA/Shutterstock.
Psikolog anak dari Universitas Indonesia, Fathya Artha Utami mengingatkan pentingnya mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak sejak dini untuk membekali mereka bertumbuh secara menyeluruh.

"Tidak hanya sehat dan cerdas, tetapi juga memiliki kebaikan hati. Dengan begitu anak-anak dapat menjadi pribadi yang produktif dan berjiwa sosial di masa depan," katanya dalam webinar, Kamis.

Kemampuan anak dalam bersosialisasi penting untuk tumbuh kembangnya di masa depan. Anak yang supel lebih mudah berteman dan diterima oleh teman-teman sebayanya. Mengajarkan anak untuk berbuat baik sedini mungkin turut melatih kemampuan sosialnya.

Menurut Fathya, Anda bisa mengajarkan hal-hal sederhana misalnya mengajaknya bersyukur, peduli pada sesama hingga melibatkan anak dalam aktivitas sosial. Hal ini bisa berkontribusi terhadap perkembangan sosial emosional anak.

"Melatih empati adalah proses panjang untuk membesarkan anak yang memiliki kebaikan hati. Meski begitu, ada cara-cara sederhana yang dapat orang tua lakukan dalam keseharian. Misalnya mengajak anak untuk bersyukur, bercerita tentang pentingnya membantu sesama, serta mengekspresikan kepedulian mereka terhadap orang lain maupun lingkungan," tutur dia.

Baca juga: Tanggapi kesehatan mental dengan empati

Baca juga: Tips luwes berbicara di depan umum


Memberikan contoh yang baik adalah salah satu cara efektif mengingat anak adalah seorang peniru ulung. Dia menjelaskan, berbuat baik bukan cuma kepada orang lain, tetapi juga diri sendiri. Berbuat baik kepada diri sendiri membuat anak merasa aman dan cukup.

Ketika anak sudah merasa aman, dia bisa lebih banyak berbuat hal-hal positif untuk orang lain. Perlahan, anak juga belajar mengenai arti dan tujuan hidup yang positif. Ke depannya, buah hati tumbuh jadi individu optimistis, terbuka terhadap dunia luar, punya empati, mampu berinteraksi lebih baik.

"Yang terpenting anak punya pertemanan sehat, jadi kunci bagaimana mereka bisa tumbuh jadi individu yang merasa secure, sehat fisik dan mental," ujar dia.

Dia menuturkan, ada riset menarik yang menemukan hubungan antara berbuat baik dan reaksinya terhadap tubuh. Dalam riset tersebut, disebutkan rasa stres menurun ketika seseorang melakukan kebahagian. Anak yang sejak kecil diajari berbuat baik juga bisa merasakan kebahagiaan, katanya.

Tak perlu langkah besar untuk mengajari anak jadi orang yang baik. Gestur sederhana seperti tersenyum, menyapa dengan ramah, mengucapkan terima kasih dan maaf, bisa dilakukan orangtua selagi anak masih kecil. Ketika anak sudah mulai bisa bicara, orangtua bisa mengajak anak untuk merefleksikan apa yang sudah ia lakukan.

"Ajak diskusi, 'bagaimana tadi rasanya melihat temannya senyum (saat anak berbuat baik)? Anak akan menyadari bahwa apa yang dilakukan punya dampak, dan (kebaikan) bisa dia duplikasi nanti ke depannya," ujar dia.

Selebritas yang juga seorang ibu, Syahnaz Sadiqah termasuk salah satu sosok yang mengaku memiliki perhatian besar terhadap perkembangan sosial emosional anak.

"Sebagai orang tua, aku ingin sekali Zayn dan Zunaira bisa tumbuh menyeluruh, bukan cuma pintar, berani, tetapi juga punya kebaikan hati. Aku sadar aku perlu memberi contoh baik dan juga melibatkan mereka dalam kegiatan yang edukatif tetapi tetap menarik," tutur dia.

Saat ini, Indonesia masih menghadapi tantangan ekonomi dan ini sebenarnya bisa menjadi area anak untuk belajar berbuat kebaikan.

Data gabungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017 menunjukkan 1 dari 4 anak-anak di Indonesia dengan anggota keluarga lebih dari 7 orang menghadapi tantangan ekonomi.

Secara lebih umum, di 2020 BPS juga melaporkan jumlah penduduk yang menghadapi tantangan ekonomi meningkat cukup signifikan di masa pandemi yaitu 10,19 persen dari total penduduk di Indonesia. Angka ini masih melampaui level yang diharapkan oleh pemerintah Indonesia yaitu di bawah 10 persen dari total penduduk.

Sebagai salah satu upaya membantu menghadapi tantangann ekonomi ini, VP Marketing SN Indonesia Sri Widowati mengajak orang tua dan anak-anak mereka terlibat dalam tujuan sosial misalnya anak-anak di panti asuhan. Hal ini agar lebih banyak anak Indonesia yang tercukupi kebutuhan nutrisinya dan bisa merayakan Idul Fitri dengan sehat dan ceria.

Anda misalnya bisa memberi pesan semangat dalam bentuk foto yang nantinya akan pihak Bebelac kompilasi dan berikan bersama donasi kepada anak-anak yatim piatu.

Menurut Syahnaz, kegiatan sosial semacam ini bisa jadi wadah yang baik untuk berdonasi, melibatkan dua buah hatinya untuk memberi pesan kebaikan sekaligus membantu mencukupi kebutuhan gizi anak yatim piatu di bulan Ramadhan ini.

Baca juga: RUU Praktik Psikologi diyakini dapat tingkatkan kompetensi psikolog

Baca juga: Ajari anak patuhi jadwal makan dan tidur sejak bayi

Baca juga: Mensos: Pekerjaan sosial memerlukan profesi psikolog

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021