Kementerian Sosial mendorong Taruna Siaga Bencana (Tagana) sebagai unsur kearifan lokal menerapkan upaya kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat di sejumlah lokasi rawan di Indonesia guna menyelamatkan banyak warga.Kita mulai mendorong Tagana untuk bentuk kearifan lokal, karena ternyata dengan kearifan lokal banyak contoh yang kemudian bisa menyelamatkan warga dari bencana
"Kita mulai mendorong Tagana untuk bentuk kearifan lokal, karena ternyata dengan kearifan lokal banyak contoh yang kemudian bisa menyelamatkan warga dari bencana kematian ataupun luka yang diakibatkan bencana," kata Menteri Sosial Tri Rismaharini pada puncak peringatan HUT Taruna Siaga Bencana (Tagana) ke-17 di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Rabu.
.
Dalam upaya penerapan kearifan lokal dalan kesiapsigaan bencana, Mensos mengukuhkan 1.000 nelayan Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat yang mendapat keterampilan dari personel Tagana menghadapi ancaman gempa megathrust (gempa karena tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasi) yang berpotensi memicu tsunami.
Para nelayan tersebut disiagakan dalam upaya penyelamatan, membantu para personel Tagana maupun tim Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas).
Kemensos juga mendukung pelatihan antisipasi menghadapi bencana dengan melibatkan anak sekolah. Dari sana, personel Tagana dilibatkan dalam program Tagana Masuk Sekolah (TMS) upaya sosialisasi kesiapsiagaan kepada seluruh anak - anak, guru dan orang tua di sekolah.
TMS menggunakan metode pengenalan jenis bencana dan model pengurangan resiko bencana, Strategi kesiapsiagaan dan mitigasi menghadapi bencana dan pengorganisasian penanggulangan bencana di satuan pendidikan.
"Juga ada pelibatan anak sekolah, dari kecil diajarkan bagaimana kalau terjadi bencana sehingga itu akan membekas sampai mereka dewasa," katanya.
Dalam acara tersebut, Mensos menyebut penerapan kearifan lokal oleh personel Tagana dapat mengurangi dampak bencana pada Kejadian gempa dan tsunami di Pulau Simeulue, Aceh 2004. Meski pusat gempa berada di pulau tersebut, korban meninggal dunia tidak sampai banyak dan hanya empat orang.
Dengan peran Tagana menanamkan kearifan lokal sejak kecil, kata dia, maka mereka bisa menyelamatkan diri.
"Mereka lari begitu gempa, lari ke atas bukit dan terselamatkan saat terjadi tsunami di Aceh yang hingga sampai Thailand dan Filipina. Karena itu, kearifan lokal itu sangat penting terutama pada daerah-daerah yang berada di titik dimana terjadi rawan bencana," kata Tri Rismaharini.
Kegiatan puncak peringatan HUT Tagana ke-17 tahun 2021 dihadiri 582 orang dengan melaksanakan protokol kesehatan yang ketat.
Dalam kegiatan ini, dilaksanakan sejumlah kegiatan yakni Tagana Menjaga Alam. Kegiatan ini merupakan gerakan penanaman pohon mangrove dan tanaman keras lainnya sebanyak 2,7 Juta Pohon sebagai upaya pencegahan bencana di seluruh Indonesia.
Kemudian Fasilitasi dan Aktivasi Kawasan Siaga Bencana (KSB). Kegiatan ini merupakan upaya resiko bencana berbasis masyarakat dengan cakupan kawasan yang memiliki potensi dan ancaman bencana yang sama. Acara lainnya adalah TMS, Bhakti Sosial, dan Perlombaan Kecakapan Tagana.
Hadir dalam acara tersebut Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Pepen Nazaruddin, Dirjen Penanganan Fakir Miskin Asep Sasa Purnana, dan Sekretaris Dirjen Linjamsos Robben Rico. Selain itu hadir pula Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata, dan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Baca juga: Tagana tanam 20 ribu bibit mangrove di Pangandaran
Baca juga: Tagana dan Kopassus apel bersama siaga bencana
Baca juga: Tagana dikerahkan untuk bantu evakuasi korban longsor di Sumedang
Baca juga: Tagana dinilai sebagai ujung tombak penanganan bencana
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021