"Ini luar biasa, sebab dalam kondisi bencana, Pemerintah Provinsi Sulbar bersama segenap komponen dibantu TNI dan Polri, mampu menekan kasus sampai pada posisi tingkat okupansi tempat tidur di rumah sakit di Sulbar terendah di seluruh Indonesia," kata Doni Manardo, saat melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulbar, Rabu.
"Saya sempat berfikir bahwa akan terjadi ledakan kasus COVID-19 di Sulbar sebab kalau kita melihat pada pertengahan Januari sampai Februari 2021, kasusnya masih sangat tinggi sekali. Dan pada saat bersamaan, yakni pada 15 Januari 2021 terjadi gempa. Bahkan, saya sendiri terpapar di sini (Sulbar)," ujarnya.
Penanganan COVID-19 di tengah bencana gempa bumi di Provinsi Sulbar lanjut Doni Monardo, patut menjadi contoh bagi daerah lain.
Baca juga: Pasien COVID-19 sembuh di Sulteng bertambah jadi 9.620 orang
Baca juga: Pasien sembuh Sulbar lebih banyak dari positif
Ia menilai, kolaborasi Pemerintah Provinsi Sulbar bersama seluruh komponen masyarakat, termasuk TNI dan Polri serta kabupaten/kota dan provinsi di sekitar Sulbar, diantaranya Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, bahu-membahu memberikan bantuan.
"Kita lihat waktu itu, pengungsi pada awalnya lebih 92 ribu jiwa, dimana kondisinya sangat tidak nyaman dan sangat sulit untuk mengatur jarak," ucapnya.
Tetapi kepedulian masyarakat mengikuti imbauan dari satgas, petugas medis, Dinas Kesehatan maupun dari tokoh masyarakat yang ada di daerah, akhirnya protokol kesehatan dengan segala keterbatasannya itu diikuti dengan baik sehingga kasus COVID-19 di Sulbar sampai saat ini terus mengalami penurunan.
Doni Monardo meminta Pemerintah Provinsi Sulbar dan masyarakat di daerah itu tidak lengah dengan apa yang dicapai saat ini.
"Kita tidak boleh lengah. Jadi, apa yang dicapai hari ini belum tentu akan bertahan selamanya. Kita harus selalu mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat," kata Doni Monardo.
Sementara, Tim Pakar Satgas COVID-19 Dr Dewi Nur Aisyah menyampaikan jumlah kasus aktif COVID-19 di Sulbar per 30 Maret 2021 mengalami penurunan yang cukup signifikan dibanding pada Januari hingga Fabruari.
"Saat ini, jumlah kasus aktif berada di angka 2,54 persen sedangkan angka kesembuhannya sudah mencapai 95 persen. Untuk angka kesembuhan ini, tentu berada di atas rata-rata nasional dan juga di atas rata-rata dunia. Angka kasus aktif juga jauh lebih kecil dibandingkan rata-rata nasional maupun dunia," tuturnya.
"Angka kematian kasus COVID-19 di Sulbar juga berada di bawah rata-rata standar dunia maupun kematian di angka standar yang ada di level nasional," kata Dewi Nur Aisyah.
Ia juga menyampaikan bahwa puncak kasus tertinggi COVID-19 di Sulbar terjadi pada Januari, namun setelah dilakukan penanganan pada Februari hingga Maret 2021, kasus COVID-19 di daerah itu mengalami penurunan.
"Kalau kita melihat pada pekan terakhir bulan ini (Maret) berkurang hingga 69,2 persen dan Sulbar merupakan peringkat ketiga provinsi dengan jumlah kasus COVID-19 kumulatif terendah di Indonesia. Sedangkan untuk kesembuhannya, ini adalah provinsi keempat dengan angka kesembuhan tertinggi," paparnya.
Ini adalah capaian yang cukup baik, walaupun sebelumnya pernah mengalami puncak pada Januari namun segera dilakukan pengendalian sehingga terjadi pelandaian kasus pada Februari hingga Maret 2021. "Hingga pekan terakhir, tidak ada penambahan kasus COVID-19 di Sulbar," ucap Dewi Nur Aisyah.*
Baca juga: Pasien COVID-19 yang sembuh di Sulteng bertambah menjadi 8.892 orang
Baca juga: Kasus positif COVID-19 Sulbar mulai menurun
Pewarta: Amirullah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021