Pfizer berharap agar vaksinasi kelompok tersebut dapat dimulai sebelum tahun ajaran sekolah berikutnya, kata direktur dan kepala eksekutif Pfizer, Albert Bourla, dalam sebuah pernyataan.
Dalam percobaan terhadap 2.260 remaja berusia 12 hingga 15 tahun, terdapat 18 kasus COVID-19 dalam kelompok yang menerima suntikan placebo dan tidak ada kasus dalam kelompok yang mendapatkan vaksin, menunjukkan kemanjuran 100 persen dalam mencegah COVID-19, kata perusahaan tersebut dalam pernyataannya.
Vaksin tersebut dapat ditoleransi dengan baik, dengan efek samping yang sejalan dengan yang terlihat pada mereka yang berusia 16-25 tahun dalam percobaan dewasa. Perusahaan tidak mendetilkan efek samping bagi kelompok yang lebih muda, namun pada percobaan dewasa efek samping secara garis besar terbilang ringan hingga sedang dan mencakup rasa sakit pada area suntikan, sakit kepala, demam dan lelah.
Kedua perusahaan itu juga melakukan studi terhadap satu subset remaja guna mengukur level antibodi penetral virus sebulan setelah dosis kedua dan menemukan hal itu sebanding dengan peserta studi yang berusia 16 hingga 25 tahun dalam uji coba pada orang dewasa yang penting.
Bourla mengatakan perusahaan berencana untuk meminta otorisasi darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS "dalam beberapa minggu mendatang dan kepada regulator lain di seluruh dunia, dengan harapan mulai memvaksinasi kelompok usia ini sebelum dimulainya tahun ajaran berikutnya."
Pekan lalu, kedua perusahaan itu memberikan dosis vaksin pertama dalam serangkaian uji coba yang menguji vaksin pada anak-anak yang lebih muda, yang pada akhirnya akan diberikan kepada mereka yang berusia 6 bulan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ukraina terima 689 laporan efek samping vaksinasi AstraZeneca
Baca juga: ADB setujui pinjaman 450 juta dolar AS untuk penyaluran vaksin
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021