Cokelat itu milik bangsawan Inggris yang bertempur dalam Perang Boer Kedua, Sir Henry Edward Paston-Bedingfield, dan ditemukan dalam kotak topi baja di rumah leluhur keluarganya, Oxburgh Hall yang berusia 500 tahun di Norfolk, Inggris timur.
"Meskipun... kau takkan mau memakannya sebagai camilan Paskah, ini adalah penemuan yang luar biasa," kata Anna Forrest, Kurator Warisan Budaya di National Trust, sebuah badan amal yang mengelola Oxburgh Hall.
Baca juga: Minuman mengandung flavanol dapat tingkatkan daya tahan tubuh
Tutup dari kaleng cokelat itu dihiasi tulisan tangan Ratu Victoria, "Saya ucapkan selamat tahun baru" dan tulisan "Afrika Selatan 1900", serta potret ratu.
National Trust mengatakan pihaknya yakin Henry menyimpan topi baja dan cokelat sebagai tanda mata dari partisipasinya dalam perang. Barang-barang itu ditemukan di antara barang-barang putrinya Frances Greathead setelah kematiannya pada usia 100 tahun tahun 2020.
Perang Boer Kedua, dari tahun 1899 dan 1902, terjadi antara pasukan Inggris dan pasukan dari dua negara independen Afrika Selatan.
Victoria mengirim 100.000 batang cokelat masing-masing seberat 226 gram untuk meningkatkan semangat pasukan di sana.
Tiga produsen cokelat utama Inggris pada saat itu, Cadbury, Fry dan Rowntree, dijalankan oleh Quaker yang menentang perang, jadi mereka menolak untuk menerima pembayaran atas pesanan itu dan mengemas cokelat dalam kaleng tanpa merek.
Namun, ratu bersikeras tentara Inggris harus tahu bahwa makanan mereka datang dari kampung halaman, produsen mengalah dan memberi merek pada sebagian coklat, meskipun bukan di kalengnya.
Sebagian kaleng itu masih bisa ditemukan sampai sekarang, kata National Trust, tapi jarang untuk bisa melacak pemilik aslinya, dan lebih jarang lagi menemukan kaleng yang cokelatnya masih utuh tersimpan, karena sebagian besar penerima menyantap jatah mereka, demikian Reuters.
Baca juga: Lima produk cokelat untuk perawatan kulit
Baca juga: Prangko Ratu Victoria catatkan rekor penjualan di Hongkong
Baca juga: Cokelat bagus untuk pembuluh darah jantung, tapi ada syaratnya
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021