Pemerintah Jepang menyetujui kebijakan untuk tes COVID-19 untuk semua atlet yang berpartisipasi pada Olimpiade Tokyo setiap hari, Kyodo melaporkan, Rabu.IOC berkomitmen penuh untuk keberhasilan dan keselamatan penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020
Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan keamanan Olimpiade Musim Panas di tengah pandemi virus corona, para pejabat Jepang menyetujui kebijakan tersebut beberapa jam sebelum pertemuan online tingkat tinggi dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan penyelenggara.
Langkah antisipasi penyebaran virus corona untuk Olimpiade, yang disetujui selama pertemuan di kantor perdana menteri, termasuk mewajibkan atlet dan staf dari luar negeri untuk dites COVID-19 dua kali dalam 96 jam sebelum keberangkatan mereka dari negara masing-masing.
Baca juga: Sejumlah kota di Jepang merasa mustahil jadi tuan rumah tim Olimpiade
Presiden IOC Thomas Bach dan perwakilan penyelenggara mengambil bagian dalam pertemuan virtual tersebut untuk membahas penanggulangan virus corona.
Salah satu isu utama yang diharapkan akan dibahas adalah apakah akan membatasi jumlah penonton domestik, setelah diputusan pada Maret, untuk menggelar Olimpiade dan Paralimpiade tanpa penonton dari luar negeri.
"IOC berkomitmen penuh untuk keberhasilan dan keselamatan penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020," kata Bach dalam pidato pembukaannya, menambahkan bahwa penyelenggara akan "secara ketat menegakkan" aturan COVID-19.
Panitia juga merilis versi terbaru dari "playbook" atau buku pedoman untuk para atlet, yang berisi peraturan yang harus mereka ikuti selama pertandingan.
Sementara sekitar 577.000 kasus COVID-19 yang telah dikonfirmasi Jepang, lebih sedikit daripada banyak negara lainnya, survei yang telah berulang kali dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas orang Jepang tidak mendukung penyelenggaraan Olimpiade, yang telah ditunda satu tahun.
Penyelenggara telah menekankan pentingnya tes COVID-19 untuk atlet dan ofisial tamu secara berkala untuk mendeteksi infeksi pada tahap awal dan mencegah pertandingan sebagai tempat penyebaran virus corona.
Namun, beberapa ahli medis telah menyuarakan keprihatinan atas penyelenggaraan pertandingan saat ini ketika varian virus yang sangat menular menyebar di banyak negara, dan ketika tekanan pada sistem medis Jepang meningkat.
Baca juga: Jepang akan buka pusat vaksinasi massal di Tokyo
Pejabat senior Jepang, Rabu, mengatakan pemerintah akan mengamankan sekitar 30 rumah sakit yang mampu menerima atlet dan ofisial selama Olimpiade.
Perdana Menteri Yoshihide Suga telah berjanji mengambil langkah-langkah untuk memastikan Olimpiade Tokyo "aman dan terjamin."
Tokyo dan beberapa prefektur berada di bawah keadaan darurat ketiga hingga 11 Mei karena lonjakan kasus COVID-19 baru-baru ini. Ibu kota negara Jepang itu, Rabu, mengonfirmasi 925 kasus COVID-19, angka tertinggi sejak 28 Januari.
Di bawah keadaan darurat yang mulai berlaku Minggu (25/4), fasilitas komersial besar, seperti taman hiburan, tempat karaoke dan restoran yang menyajikan alkohol telah diminta untuk ditutup.
Sementara itu, vaksinasi di Jepang, yang dikritik terlalu lambat, baru dimulai untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas awal bulan ini.
IOC dan panitia penyelenggara Tokyo belum mewajibkan vaksinasi bagi atlet dan ofisial. Namun, IOC telah merekomendasikan mereka menerima vaksin untuk melindungi kesehatan para peserta dan masyarakat Jepang.
Baca juga: Ofisial Olimpiade wajib jalani tes COVID-19 setiap hari
Baca juga: Aturan pembatasan penonton Olimpiade Tokyo segera ditetapkan April
Baca juga: Jepang perketat protokol kedatangan tim Olimpiade dan Paralimpiade
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021