Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) akan berkonsultasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia, dalam upaya mempercepat pemulangan nelayan asal Kota Sabang, Aceh yang terapung di perairan laut Thailand.KNTI Aceh sudah melapor kejadian ini ke KNTI Pusat di Jakarta
“KNTI Aceh sudah melapor kejadian ini ke KNTI Pusat di Jakarta, dan pihak pusat segera berkonsultasi dengan Kemenlu dan KKP perihal penanganan cepat kepulangan nelayan tradisional asal Sabang ini,” kata Ketua KNTI Aceh Azwar Anas di Banda Aceh, Jumat.
Ia menjelaskan nelayan Sabang yang terdampar di Thailand itu bernama Ade Elfikar (40). Ia diselamatkan Kapal Badan Keamanan Laut (Bakamla) area Thailand saat terapung di kawasan perairan Racha Selatan, Pulau Phuket.
Menurut dia nelayan tradisional Sabang itu terdampar ke Thailand karena mengalami kerusakan mesin boat yang dihantam ombak saat melaut. Ia dilaporkan hilang usai bertolak dari bibir pantai ke tengah laut pada 6 Juni 2021 lalu.
Baca juga: Nelayan Aceh dirawat di RS Wachira Phuket usai terapung delapan hari
Baca juga: Kapal keamanan laut Thailand selamatkan nelayan Aceh
“Setelah berhari-hari terombang-ambing di laut akhirnya ditemukan pada Minggu 13 Juni 2021 oleh Bakamla Thailand,” katanya.
Azwar menjelaskan di samping faktor cuaca buruk, peristiwa itu terjadi karena umumnya infrastruktur boat dan mesin nelayan tradisional Aceh sudah berusia tua sehingga potensi kerusakan di tengah laut sangat besar, apalagi saat dihantam cuaca buruk.
Karena itu dia meminta Pemerintah Aceh untuk lebih memperhatikan nelayan tradisional agar peristiwa yang sama tidak terulang kembali pada masa akan datang.
“Harapan kita kepada Pemerintah Aceh agar benar-benar peduli dengan nelayan tradisional Aceh, dalam bentuk pembinaan atau dalam bentuk bantuan boat dan alat tangkap,” katanya.
Kemudian, lanjut dia, peristiwa ini juga tidak lepas karena faktor cuaca. Sebab itu KNTI Aceh mengimbau nelayan tradisional di daerah Tanah Rencong itu untuk lebih berhati-hati saat melaut karena faktor cuaca sangat tidak mendukung.
“Awal Juni ini, Aceh wilayah barat selatan sudah masuk musim barat. Dan biasanya awal musim barat ini cuaca buruk, apalagi wilayah barat selatan Aceh dekat dengan perbatasan pulau Andaman India dan Thailand, jadi di saat mesin dan boat rusak, nelayan kita langsung terdampar di wilayah itu,” katanya.
Baca juga: Sepuluh hari hilang kontak, kapal nelayan Aceh ditemukan di laut India
Baca juga: KJRI Songkhla laporkan nelayan Aceh di Thailand dalam keadaan sehat
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021