Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menginginkan berbagai peneliti di lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dapat membuat standardisasi pengelolaan tambak udang superintensif pada 2022.Harus ada standar yang kita keluarkan sebagai acuan dalam mengelola tambak superintensif ini
Melalui siaran pers di Jakarta, Jumat, menteri menyatakan harapannya agar standarisasi pengelolaan tambak udang superintensif sudah ada di tahun 2022, sehingga dapat dipakai sebagai acuan oleh masyarakat maupun pelaku usaha yang ingin menekuni tambak udang superintensif.
Ia mengemukakan standarisasi pengelolaan tambak udang superintensif dinilai sangat penting agar bisa menjadi acuan masyarakat maupun pelaku usaha yang ingin menekuni budidaya udang vaname dengan hasil panen optimal.
Dengan standarisasi juga, lanjutnya, kendala-kendala yang dihadapi selama melakukan budidaya udang bisa diminimalkan.
"Harus ada standar yang kita keluarkan sebagai acuan dalam mengelola tambak superintensif ini. Misal standarisasi PH air, ukuran kolam, padat tebar, termasuk supply (pasokan) energinya," kata Menteri Kelautan dan Perikanan.
Baca juga: Menteri KP dorong Lampung kembangkan tambak udang modern
Selain standarisasi pengelolaan, Menteri Trenggono juga meminta jajarannya menghitung lebih detail biaya produksi udang per kilogramnya pada ukuran kolam tertentu.
Perhitungan ini, masih menurut dia, penting untuk menarik minat pelaku usaha untuk berinvenstasi, dan memudahkan mereka dalam menjalankan kegiatan budidaya udang vaname superintensif.
Menteri Trenggono optimistis bahwa budidaya tambak udang superintensif dapat segera diterapkan untuk segmentasi industri maupun rumah tangga sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional.
"Kalau ini bisa dijalankan tahun ini, sehingga tahun 2022 kita punya standar, Ditjen Perikanan Budidaya bisa segera mengimplementasikan ini ke masyarakat. Termasuk kolam bundar (budidaya skala rumah tangga)," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan juga menyatakan optimistis bahwa dengan dorongan penuh terhadap program peningkatan ekspor udang nasional akan bisa membuat Indonesia menguasai pasar udang global.
Menurut dia, udang merupakan komoditas perikanan yang paling banyak diminati pasar global. Dalam kurun waktu 2015-2019 udang merupakan permintaan pasar nomor dua setelah salmon.
Baca juga: Menteri KP ingin Shrimp Estate di Aceh selesai pada 2021
Selain itu, ujar dia, Indonesia sendiri selama kurun waktu tahun 2015-2020 berkontribusi terhadap pemenuhan pasar udang dunia rata-rata sebesar 6,9 persen per tahun.
Untuk mendukung hal tersebut bisa tercapai, Menteri Trenggono memaparkan beberapa program yang telah disiapkan oleh KKP untuk meningkatkan produksi dan ekspor udang nasional, antara lain revitalisasi tambak dengan membangun infrastruktur atau sarana dan prasarana sebagai percontohan kawasan udang bagi masyarakat, dan penyederhanaan perizinan usaha tambak udang.
Ia menambahkan, ada pula pembangunan Model Shrimp Estate untuk budidaya udang dari hulu ke hilir. Shrimp Estate sendiri merupakan budidaya udang berskala memadai yang proses budidayanya dalam satu kawasan dengan proses produksi berteknologi agar hasil panen optimal, mencegah penyakit, serta lebih ramah lingkungan agar prinsip budidaya berkelanjutan tetap terjaga.
Baca juga: Dirjen KKP: Tambak percontohan produksi udang kualitas ekspor
Baca juga: KKP gandeng enam pemda untuk revitalisasi tambak udang terbengkalai
Baca juga: Dirjen KKP dorong penyebarluasan tambak udang milenial
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021