PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menyebutkan transaksi melalui layanan digital banking atau e-channel perseroan mencapai 96 persen dari total transaksi selama masa pandemi.BTN juga melakukan open banking artinya nasabah tidak perlu datang ke bank namun mereka sudah bisa melakukan transaksi di mana saja
"Kita melihat perubahan transaksi yang cukup signifikan di tahun 2020, di mana total transaksi financial via e-channel dan teller sebesar 200.885.753 transaksi dan total transaksi e-channel-nya sendiri sebesar 192.183.992 transaksi," kata Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo dalam pernyataan di Jakarta, Jumat.
Dari transaksi tersebut, dapat dilihat bahwa ada pergeseran yang cukup signifikan bahwa transaksi yang dilakukan di kantor bank makin sedikit, yaitu kurang lebih hanya empat persen, artinya sekitar hampir 96 persen sudah dilakukan secara elektronik.
Menurut Haru, kenaikan jumlah transaksi melalui e-channel tersebut mengindikasikan layanan mobile banking, internet banking dan cash management system (CMS) telah memudahkan nasabah dalam bertransaksi.
Untuk itu, lanjutnya, perseroan akan terus berupaya semakin memperkuat layanan digital banking di tengah pandemi COVID-19 yang masih belum usai.
"Kami berupaya menghadirkan solusi dan kemudahan bagi nasabah untuk bertransaksi sebagai bentuk adaptasi di masa pandemi COVID-19 yang mengharuskan adanya pembatasan-pembatasan aktivitas dan interaksi fisik masyarakat," ujar Haru.
Dengan adanya pembatasan di masa pandemi, BTN juga melakukan open banking artinya nasabah tidak perlu datang ke bank namun mereka sudah bisa melakukan transaksi di mana saja.
Haru mengatakan perbankan digital telah lama dianggap sebagai future of banking sehingga diperlukan strategi untuk mampu bersaing dengan banyak pendatang di pasar perbankan yang berorientasi kepada pelanggan untuk menghadirkan pengalaman pelanggan pengguna yang lebih baik.
"Dalam setiap inisiatif digitalisasi, diharapkan bank dapat merespons perkembangan layanan digital dengan tetap mengindahkan aspek reliability, availability dan serviceability," kata Haru.
Haru memaparkan, ada enam fokus dan strategi yang dilakukan oleh Bank BTN untuk memperkuat layanan digitalnya. Pertama, akuisisi pengguna layanan digital BTN, baik nasabah baru dan nasabah eksisting serta meningkatkan transaksi dengan meningkatkan aktivitas pemasaran produk digital banking BTN.
Kedua, mengembangkan fitur layanan berbasis kebutuhan personal sehingga kebutuhan akan layanan terkini dapat dinikmati oleh nasabah.
"Digital banking ini adalah inovasi pertama kali yang memahami nasabah maunya apa, di BTN sendiri kami memahami bahwa kebutuhannya misalnya membeli rumah atau searching rumah, kemudian bisa membeli secara cash, bisa juga membeli secara KPR, dan journey baru dari masyarakat misalnya ingin merenovasi rumah atau membeli rumah baru, atau menjual rumah lama untuk kemudian membeli rumah baru. Nah, journey ini yang harus kita ikuti," ujar Haru.
Ketiga, yaitu akselerasi penambahan fitur dan layanan pembayaran serta layanan pembelian pada semua channel layanan digital.
Keempat, BTN akan membangun sistem layanan baru yang secara langsung dapat meningkatkan pengguna dan transaksi pada channel layanan digital.
Kelima, emiten berkode saham BBTN itu akan memperkuat layanan BTN Housing Ecosystem baik layanan bagi pengembang perumahan maupun masyarakat penghuni dari perumahan tersebut (pra KPR, realisasi KPR, pasca-KPR) agar selalu terhubung dengan BTN.
"Terakhir, process acceleration di mana percepatan penambahan fitur, layanan pembayaran dan layanan pembelian pada semua channel layanan digital dengan menerapkan proses partnership dan pengembangan aplikasi yang efisien dan efektif," kata Haru.
Baca juga: BTN akan bentuk "Mortgage Ecosystem" pada 2022 dukung sektor properti
Baca juga: BTN rangkul PT Pos Indonesia bidik tabungan hingga Rp3,5 triliun
Baca juga: BTN targetkan penambahan 6.800 agen hingga akhir 2021
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021