• Beranda
  • Berita
  • Alasan vaksin COVID-19 perlu diberi jeda sebulan dengan imunisasi lain

Alasan vaksin COVID-19 perlu diberi jeda sebulan dengan imunisasi lain

14 Juli 2021 17:18 WIB
Alasan vaksin COVID-19 perlu diberi jeda sebulan dengan imunisasi lain
Siswa SMP mengikuti vaksinasi COVID-19 di halaman parkir Gembira Loka Zoo, Umbulharjo, Yogyakarta, Selasa (13/7/2021). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/wsj.
Dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ellen Wijaya menjelaskan bahwa pemberian vaksin COVID-19 perlu diberi jeda waktu sebulan dengan imunisasi lainnya guna memberikan kekebalan tubuh yang optimal.

Hal itu juga berdasarkan sejumlah rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait anak usia 12-17 tahun yang akan mendapatkan vaksin COVID-19.

"Kita baru diberikan vaksin COVID-19. Antigen masuk ke dalam tubuh. Tubuh sedang memberikan respon dengan membentuk antibodi supaya bisa memberikan kekebalan terhadap SARS-CoV-2. Saat itu, kalau tubuh diberikan imunisasi lainnya, nanti kekebalan yang diusahakan untuk SARS-CoV-2 tidak menjadi optimal," ujar dokter Ellen Wijaya dalam webinar kesehatan, Rabu.

Baca juga: KPAI sebut belum ada penolakan vaksinasi untuk anak

Baca juga: Mobil vaksinasi keliling DKI juga melayani anak-anak


Tubuh perlu dibiarkan membentuk antibodi secara optimal setelah mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 dengan jarak minimal satu bulan dengan pemberian imunisasi lainnya.

Sebenarnya, menurut Ellen yang berpraktik di RS Pondok Indah - Puri Indah itu, ketentuan serupa juga berlaku untuk vaksin lain semisal Hepatitis B dan HPV.

Lebih lanjut, IDAI juga merekomendasikan anak yang akan divaksin COVID-19 tidak mengalami imunodefisiensi, kanker darah yang menjalani kemoterapi, mendapatkan steroid dosis tinggi, sembuh dari COVID-19 kurang dari 3 bulan, memiliki penyakit Sindrom Gullian Barre, mielitis transversa dan acute demyelinating encephalomyelitis.

Kemudian, terkait persiapan sebelum anak divaksin sebaiknya orang tua memastikan kondisi mereka sehat, tidak demam (di atas 37,5 derajat Celcius), beristirahat cukup, tidak memiliki komorbid tertentu.

"Orang tua bisa mengkomunikasikan pada anak misalnya manfaat divaksin, lokasi suntikan, kondisi yang bisa terjadi usai divaksin semisal nyeri di area bekas suntikan dan sebagainya, tidur cukup, anak dalam kondisi sehat," kata Ellen.

Tips kalau anak demam

Setelah disuntik vaksin, anak bisa beraktivitas seperti biasa karena kalaupun muncul efek samping biasanya bersifat ringan misalnya nyeri di bekas suntikan. Kondisi ini bisa diatasi dengan mengompres area nyeri itu dengan air hangat.

Bila anak demam, cobalah ukur suhunya menggunakan termometer. Bila suhunya di atas 38 derajat Celcius, anak gelisah, rewel, maka bisa diberikan obat semisal Paracetamol sembari dibantu kompres.

Tetapi apabila anak merasa tidak apa-apa dengan kondisi demam itu, orang tua tidak perlu khawatir dan lakukan saja observasi.

"Demam mekanisme tubuh anak yang sehat. Kalau tubuh kemasukan virus, bakteri jahat tubuh akan melawan dengan membentuk demam. Demikian juga ketika tubuh dimasukkan antigen yang sudah dilemahkan atau vaksin, maka tubuh akan membentuk respon antibodi dan salah satu manifestasinya demam. Demam bukan suatu kondisi yang berbahaya," tutur Ellen.

Dia menambakan, kalau ada keraguan terkait efek samping yang dirasakan anak usai divaksin, orang tua bisa melaporkan ke tenaga medis yang melakukan vaksinasi.

Baca juga: P2G : Pemerintah perlu edukasi manfaat vaksinasi anak

Baca juga: Vaksinasi anak usia 12-17 tahun di Surabaya disarankan di sekolah

Baca juga: Anies: orang tua boleh ajak anak ikut divaksin di puskesmas

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021