Kita harus memastikan bahwa seluruh vaksin yang telah disetujui Organisasi Kesehatan Dunia diperlakukan sama, tidak ada diskriminasi,
Indonesia mendorong penguatan kerja sama kesehatan antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan mitra-mitranya, guna mengatasi pandemi COVID-19.
Dalam rangkaian pertemuan dengan negara mitra ASEAN pada Selasa (3/8), Indonesia yang diwakili Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar menggarisbawahi masih tingginya kebutuhan vaksin COVID-19, tetapi suplai vaksin belum terbagi rata.
Selain itu, masih terdapat pandangan negatif terhadap vaksin tertentu. Hal ini disampaikan menyusul laporan sejumlah negara, di antaranya Singapura dan Arab Saudi, yang tidak mengakui vaksin COVID-19 Sinovac buatan China, yang paling banyak digunakan di Indonesia.
“Kita harus memastikan bahwa seluruh vaksin yang telah disetujui Organisasi Kesehatan Dunia diperlakukan sama, tidak ada diskriminasi," kata Wamenlu RI seperti disampaikan dalam keterangan tertulis, Rabu.
Baca juga: Menkes se-ASEAN perkuat kerja sama penanganan pandemi COVID-19
Padahal, vaksin yang dikembangkan menggunakan metode virus yang dilemahkan itu telah mengantongi izin penggunaan darurat dari WHO sejak 1 Juni 2021 dengan efikasi 65,3 persen.
Mengingat beberapa negara saat ini kembali mengalami gelombang kedua COVID-19, kerja sama pengembangan, produksi, dan distribusi obat dan vaksin untuk COVID-19 dan penyakit lainnya dalam keadaan darurat di masa depan kembali menjadi perhatian.
Negara-negara anggota ASEAN menyampaikan penghargaan bagi Korea Selatan, China, dan Jepang atas kontribusinya dalam memitigasi dampak pandemi COVID-19 dan mengharapkan kerja sama tersebut terus berlanjut.
Khusus mengenai pemulihan ekonomi, Indonesia memandang penting transformasi ekonomi digital, terutama bagi usaha kecil menengah (UKM). Karena itu, kerja sama peningkatan kapasitas manusia termasuk bagi UKM dan usaha rintisan (startup), pertukaran teknologi, serta pembangunan infrastruktur digital perlu terus bergulir.
Baca juga: Pimpinan media ASEAN-China sepakat perangi COVID-19
Selama pandemi, layanan digital terbukti dapat menjaga kelangsungan kegiatan ekonomi masyarakat melalui perdagangan digital(e-commerce), sementara aktivitas ekonomi konvensional terhenti.
Selanjutnya, Indonesia juga mendorong upaya kerja sama sektor energi terbarukan.
“Kerja sama dalam pembiayaan energi terbarukan adalah isu penting untuk mengembangkan ekonomi berkelanjutan dan hijau. Pengembangan ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” kata Wamenlu Mahendra.
Meski sedang dalam situasi pandemi, Wamenlu Mahendra mengingatkan tentang Asian Century, di mana Asia memiliki lebih dari 50 persen PDB berdasarkan keseimbangan kemampuan berbelanja (purchasing power parity) dunia.
Baca juga: ASEAN dorong kerja sama Iptekin untuk kolaborasi penanganan COVID-19
“Kita juga punya blok ekonomi terbesar di dunia, yaitu Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Ke depannya, kedua hal ini menunjukkan nilai strategis kawasan yang akan terus meningkat,” tutur Mahendra.
Dalam rangkaian pertemuan, Indonesia juga mengingatkan pentingnya menjaga perdamaian kawasan, antara lain dalam kelanjutan proses negosiasi kode perilaku di Laut China Selatan dan kelanjutan dialog damai di Semenanjung Korea.
Rangkaian tersebut terdiri dari pertemuan ASEAN dengan empat negara mitra, yaitu ASEAN-Korea Selatan, ASEAN-China, ASEAN-Jepang serta ASEAN Plus Three (ASEAN+3) yang merupakan gabungan ketiga negara tersebut dalam satu mekanisme.
Pada 4 Agustus 2021, rangkaian Pertemuan ASEAN Post Ministerial Conferences 10+1 akan berlanjut dengan pertemuan ASEAN-Amerika Serikat, ASEAN-Australia, ASEAN-Rusia, dan East Asia Summit. Rangkaian pertemuan akan berlangsung hingga 6 Agustus 2021.
Baca juga: Indonesia dorong vaksinasi ASEAN, soroti diskriminasi vaksin
Baca juga: Indonesia berharap Myanmar segera setujui utusan khusus ASEAN
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021