• Beranda
  • Berita
  • Pengamat: Penyederhanaan surat suara tak terlalu fundamental

Pengamat: Penyederhanaan surat suara tak terlalu fundamental

5 Agustus 2021 21:22 WIB
Pengamat: Penyederhanaan surat suara tak terlalu fundamental
Dokumentasi - Hasil tangkapan layar saat Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Evi Novinda Ginting memaparkan materi di seminar dalam jaringan (daring) yang bertema Menyederhanakan Surat Suara Pemilu Serentak. (1/8/2021). ANTARA/Putu Indah Savitri/pri
Anggota Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini menyarankan agar penyederhanaan surat suara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak bersifat terlalu fundamental.

"Sebaiknya penyederhanaan surat suara tidak mengubah tata cara pemberian suara," kata Titi ketika dihubungi oleh ANTARA dari Jakarta, Kamis.

Menurutnya perubahan yang terlalu fundamental akan menyulitkan pemilih dan membuat kebingungan baru, sehingga akan memerlukan simulasi dan sosialisasi yang masif.

Perubahan fundamental tersebut merujuk pada desain surat suara yang mengubah tata cara pemberian suara. Dari yang sebelumnya memberi suara dengan cara mencoblos, kini terdapat desain di mana pemilih akan menulis nomor urut calon atau menandai kolom calon sebagai cara untuk memberi suara.

Baca juga: Anggota DPR RI dorong KPU realisasikan penyederhanaan surat suara

Baca juga: Para "King Makers" Pilpres 2024


Perubahan tata cara tersebut juga akan berbenturan dengan Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Dalam UU tersebut, telah diatur mengenai tata cara pemberian suara, yaitu dengan cara dicoblos.

"Selama tidak ada perubahan UU atau pun Perpu, maka ketentuan yang ada di dalam UU No. 7 Tahun 2017 harus dipedomani oleh semua pihak, termasuk KPU,” ucap Titi menegaskan.

Oleh karena itu, Titi menyarankan agar penyederhanaan surat juga mempertimbangkan beberapa aspek, yakni keselarasan dengan tujuan penyelenggaraan pemilu serentak, keadilan dan kesetaraan perlakuan bagi jenis-jenis pemilihan yang ada, kemudahan dan pemahaman pemilih dalam memberikan suara, serta kemudahan dan pemahaman petugas pemilihan dalam melakukan penghitungan suara.

"Penyederhanaan surat suara dalam lingkup sistem pemilu proporsional terbuka tetap memerlukan banyak pendidikan pemilih," tutur mantan Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).

Ia juga mengatakan bahwa pelatihan untuk para petugas tempat pemungutan suara juga diperlukan agar dapat berfungsi dengan baik

Berdasarkan hal tersebut, Titi mengatakan bahwa desain ulang surat suara tidak boleh tergesa-gesa atau dilakukan terlalu dekat dengan agenda pemilihan umum. "Perlu waktu yang cukup untuk kepentingan pendidikan pemilih dan pelatihan para petugas".

Baca juga: Komisi II DPR: KPU pikir ulang konsep penyederhanaan surat suara

Titi mengatakan bahwa Pemilu 2024 akan sangat kompleks dan rumit. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang sangat baik dan matang.

Bukan hanya teknis pemilu yang harus dijaga agar berjalan berintegritas, ucap Titi, pemilih juga harus dipastikan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik agar suaranya benar-benar bermakna.

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021